SOLOPOS.COM - Ilustrasi--Setop Covid-19. (freepik)

Solopos.com, SLEMAN -- Penyebaran Covid-19 di Kabupaten Sleman DIY masih memprihatinkan. Sebanyak 13 dari total 17 kapanewon (sebutan kecamatan di wilayah DIY) di Sleman masih zona merah alias zona risiko penyebaran Covid-19 tinggi. Empat kapenawon sisanya zona oranye.

Berdasarkan data epidemiologi kasus Covid-19 per 11 April, penyebaran kasus Covid-19 di Sleman masih tinggi. Sebanyak 13 kapanewon masih masuk zona merah meliputi  Gamping, Moyudan, Seyegan, Mlati, Depok dan Berbah. Selain itu, Kalasan, Ngaglik, Sleman, Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Adapun empat kapanewon yang masuk zona oranye, meliputi Godean, Minggir, Prambanan, dan Ngemplak. Tidak ada zona kuning apalagi zona hijau untuk tingkat kapanewon. Terkait masih tingginya kasus penyebaran Covid-19, Sleman sampai saat ini masih termasuk kabupaten zona merah.

Ekspedisi Mudik 2024

Sebab, angka penularan Covid-19 di Sleman rata-rata 1.12 di atas rata-rata nasional yakni 0,88. Kasus aktif di Sleman mencapai 9.02 melebihi rata-rata nasional (7.02). Rata-rata kesembuhan pasien 08.21 masih dibawah rata-rata nasional (9.27). Adapun kasus kematian 2.77 di atas rata-rata nasional (2.71).

Baca Juga: Sebar Video Mesum Mantan Pacar, Mahasiswa Terancam Penjara 6 Tahun

Kasus Terus Bertambah

Berdasarkan data Satgas Covid-19 DIY, terdapat penambahan kasus baru di Sleman sebanyak 119 kasus pada Rabu (14/4). Adapun kasus sembuh tercatat sebanyak 152 kasus dengan penambahan kasus meninggal sebanyak tiga kasus.

Adapun total jumlah kasus sampai saat ini, kasus positif tercatat sebanyak 13.000 kasus dengan kesembuhan pasien sebanyak 11.500 kasus. Kasus meninggal sebanyak 357 kasus. Artinya, masih tercatat kasus aktif sampai saat ini sekitar 1.500 kasus. "Iya betul [peningkatan kasus] itu efek libur beberapa hari kemarin sekarang sudah mulai terasa," kata Kepala Dinkes Sleman, Joko Hastaryo, Rabu.

Dinkes Sleman sendiri membedah penularan kasus per RT di mana hasilnya 3 RT masuk zona merah dan 10 RT masuk zona oranye dan 560 RT masuk zona kuning. Masih terdapat 7.336 RT yang masuk zona hijau. Terkait hal itu, Joko mengatakan ada perbedaan penghitungan antara zonasi RT dengan zonasi kapanewon.

Baca Juga: Jual Elang Brontok dan Binturong, Warga Kulonprogo dan Mahasiswa Diringkus Polisi

"Tingkat Kapanewon menggunakan angka reprodusi efektif [ada rumusnya dengan 3 variabel: kasus baru, meninggal dunia, dan kasus sembuh]," katanya.

Menurut Joko, penambahan zona merah terjadi lebih disebabkan karena masyarakat mulai longgar menerapkan protokol kesehatan. Sekadar diketahui, lonjakan kasus ditemukan setelah ada dua klaster takziah di dua padukuhan di Sleman. Selain klaster takziah di Dusun Blekik, Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik, klaster lelayu lainnya terjadi di Dusun Plalangan, Kalurahan Pandowoharjo, Kapanewon Sleman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya