SOLOPOS.COM - Ilustrasi pesawat (freepik.com)

Solopos.com, JAKARTA — Qantas Airways Ltd., maskapai penerbangan asal Australia menyebut pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 bisa mengerek harga tiket pesawat hingga sembilan kali lipat.

Dikutip Bisnis.com dari Bloomberg, Selasa (19/5/2020), CEO Qantas Alan Joyce mengatakan pembatasan sosial pada perjalanan udara akan sulit diterapkan. Bila praktik pembatasan sosial dilakukan, kemungkinan besar banyak orang tak akan memilih perjalanan udara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menggambarkan bila praktik tersebut diterapkan, pesawat dengan 128 kursi hanya akan diisi 22 penumpang. Hal tersebut otomatis akan mengerek harga tiket pesawat per penumpang untuk sekali perjalanan.

Seratusan Pengunjung Mal di Soloraya Ngeyel Tak Pakai Masker, Pilih Beli Masker atau Pulang!

“Itu artinya, harga tiket pesawat akan naik delapan hingga sembilan kali lipat dari posisi hari ini,” kata dia.

Joyce menyebut belum ada kasus terkonfirmasi yang tertular saat melakukan perjalanan dengan Qantas. Saat ini pihaknya hanya melakukan perjalanan domestik dengan porsi 5 persen dari kondisi normal sebelum pandemi.

Sementara itu, untuk perjalanan internasional, Qantas hanya melayani 1 persen dari kondisi normal. Namun, Joyce menuturkan penerbangan domestik bisa kembali secara signifikan pada Juli 2020.

Round Up Covid-19 Sragen: Peserta Ijtima Gowa Selamat Berkat Obat Herbal, Kasus Tak Bertambah

Qantas mempertahankan pilot, kru kabin, dan armada pesawat untuk bersiap ketika permintaan kembali datang. Perusahaan akan menawarkan promosi menarik untuk merangsang permintaan perjalanan.

“Kami tak berharap [permintaan] kembali ke 100 persen, [seperti kondisi] biasanya pada Juli namun kami memiliki kemampuan untuk menambah 40 persen hingga 50 persen dari kapasitas yang ada sebelum Covid-19,” kata Joyce.

Sebelumnya, Qatar memerintahkan kepada awak kabinnya untuk menggunakan alat pelindung diri lengkap dan pelayanan akan diubah dengan menurunkan interaksi di perjalanan.

Saham Bank Pelat Merah Menghijau, Isu Bank Jangkar Tak Ngefek Lagi?

Para awak kabin pun dibekali dengan kacamata pelindung, sarung tangan, dan masker. Sementara itu, para penumpang akan disyaratkan menggunakan pelindung wajah pada 25 Mei 2020.

Tak Perlu Pangkas Kapasitas Penumpang

Sementara itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan Indonesia (Perdospi) menilai penerapan physical distancing di pesawat tidak perlu diartikan dengan pembatasan jumlah kursi di kabin penumpang.

Muhammadiyah Tetapkan Idulfitri 1441 H Pada 24 Mei 2020, Pemerintah Kapan?

“Pemanfaatan kreativitas dari maskapai bisa menggunakan face shield atau glass safe, selain penerapan aturan standar penggunaan masker yang baik dan benar,” ujar Ketua Umum Perdospi, dr. Wawan Mulyawan, Senin (18/5/2020).

Penerapan protokol kesehatan bisa dilakukan dengan penggunaan hand sanitizer, pembatasan pergerakan manusia di dalam kabin pesawat, penyediaan makanan dan minuman di kursi pesawat sebelum penumpang duduk, dan pembatasan area dan penggunaan toilet/lavatory.

Hiks, Pengemudi Travel di Solo Ini Curhat Hampir Empat Bulan Tak Dapat Penghasilan

Penyediaan beberapa baris kursi belakang untuk karantina penumpang yang muncul gejala klinis di kabin juga dapat dilakukan.

“Ini akan lebih efektif daripada menyediakan hanya 50 persen sampai 70 persen kursi penumpang seperti disarankan beberapa pihak,” tegas Wawan.

Selain itu, perlu pembuatan tutorial online bagi awak kabin dan penumpang tentang pencegahan penularan Covid-19, pengenalan gejala klinis, dan penanganan karantina di pesawat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya