SOLOPOS.COM - Candi Borobudur

JAKARTA-Kondisi Candi Borobudur di Magelang, Jateng, mengkhawatirkan. Guru Besar UI yang dijuluki Bapak Arkeologi Indonesia, Prof Mundardjito, yang dahulu melakukan eskavasi melihat peninggalan sejarah itu perlu segera diselamatkan. Karena jumlah pengunjung yang tak dibatasi, Borobudur mengalami kemiringan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Tangganya melengkung,” jelas Mundardjito saat berbincang, Selasa (2/4/2013).

Karena itu, menurut dia, pihak terkait harus melakukan tindakan antisipasi. “Jumlah pengunjung mesti dibatasi yang naik ke atas, misal 20-30 orang, kemudian bergantian,” ujarnya.

Mundardjito merupakan arkeolog yang melakukan penggalian Candi Borobudur dahulu pada tahun 1970-an. Proses pemugaran Borobudur baru selesai pada 1984. Dan sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.

“Ketika saya menggali tanah di Borobudur, guru saya berpesan agar dipikirkan pelestariannya. Jadi jangan membuka kalau tidak melestarikan,” tambahnya.

Kondisi Borobudur juga mengalami kerusakan akibat abu Gunung Merapi yang mengenai candi. Jadi selain kondisi yang sudah miring, abu vulkanik juga ‘mengganggu’ candi.

“Kita harus memikirkan pelestariannya juga. Coba bayangkan kalau kemiringan itu tidak diantisipasi?” terangnya.

Borobudur dibangun pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra pada sekitar tahun 800 Masehi. Borobudur pertama kali dieskavasi pada 1800-an oleh Thomas Raffles. Borobudur bermakna candi atau biara di perbukitan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya