SOLOPOS.COM - Suasana rembuk Stunting di Kantor DP2KBP3A Boyolali, Kamis (8/6/2023). (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI — Tren kasus stunting di Boyolali kini bergeser ke wilayah perkotaan. Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) mengungkapkan penyebabnya karena kurang air susu ibu (ASI) eksklusif.

“Sekarang [kasus stunting] ternyata bergeser ke daerah perkotaan yang ibu-ibunya banyak bekerja atau anak-anaknya dititipkan ke anggota keluarga yang lain,” ujar Kepala DP2KBP3A Boyolali, Ratri S Survivalina, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (9/6/2023).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ia mengungkapkan berdasarkan analisis data terkait stunting yang dilakukan mahasiswa S2 Gizi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ditemukan banyak penyebabnya datang dari masyarakat.

Lina, sapaan akrabnya, mencontohkan terkait pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, ternyata belum semua ibu menyusui anaknya selama enam bulan penuh. “Apalagi ibu-ibu yang bekerja, ya sudah ditinggal. Akhirnya lebih banyak diberi susu formula, akhirnya tumbuh kembangnya tidak maksimal,” lanjut dia.

Dari kondisi itu, Lina menilai perlunya partisipasi masyarakat untuk mengurangi angka stunting. Ia menjelaskan berdasarkan data, angka stunting Boyolali per 2022 adalah 6,86 persen. Jumlah tersebut, ujar dia, menurun dibandingkan 2021 yaitu 8,01 persen.

Untuk terus menurunkan angka stunting di Boyolali, DP2KBP3A mengadakan acara rembuk stunting tingkat kabupaten pada Kamis (8/6/2023). Acara tersebut juga dihadiri Wakil Bupati Wahyu Irawan dan stakeholder lainnya.

Lina mengungkapkan dengan adanya rembuk stunting bersama semua sektor, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pemerintah kecamatan hingga desa terkait masalah spesifik penyebab stunting.

“Sehingga mereka nanti akan menindaklanjuti sesuai kapasitas masing-masing,” kata dia. Selain itu, di acara rembuk stunting tingkat Kabupaten Boyolali ada juga peluncuran website untuk Tim Penurunan Percepatan Stunting (TPPS) di laman https://dp2kbp3a.boyolali.go.id/.

Di laman tersebut ada data terintegrasi terkait kondisi stunting dan risiko stunting. Ia menceritakan laman tersebut telah diluncurkan bersama Ketua TPPS dan Wabup Boyolali, Wahyu Irawan.

“Jadi untuk memudahkan komunikasi di daerah, semisal mereka ingin tahu di desanya ada berapa kasus stunting. Nanti bisa diklik per desa, sudah muncul. Petanya juga kami buat berwarna-warni sesuai gradasi jumlah stunting per desa,” kata dia.

Berdasarkan keterangan pers tertulis yang diterima Solopos.com pada Jumat, Wabup Iwan dalam acara rembuk stunting itu mengungkapkan sesuai arahan Presiden Joko Widodo, angka stunting di Indonesia ditargetkan turun hingga 14 persen pada 2024.

Iwan mengungkapkan Pemkab Boyolali akan berupaya maksimal agar angka stunting di Boyolali bisa turun. “Ini perlu gerak bersama, maka kami hadirkan seluruh stakeholder untuk mengeroyok bareng upaya penurunan stunting di Kabupaten Boyolali,” jelas dia.

“Harapannya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Boyolali melesat. Kita tidak berhenti disitu karena yang dituju adalah zero kasus di Boyolali,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya