SOLOPOS.COM - Pj. Wali Kota Salatiga, Sinoeng N. Rachmadi, saat memberikan paparan pada acara Rembuk Sunting Kota Salatiga di Gedung Kaloka Setda Kota Salatiga, Senin (27/6/2022). (Solopos.com-Humas Pemkot Salatiga)

Solopos.com, SALATIGA — Tingkat stunting pada bayi di Kota Salatiga mengalami peningkatan pada tahun 2021. Hal ini terungkap dalam acara Rembuk Stunting Kota Salatiga Tahun 2022 yang digelar di Ruang Kaloka Gedung Setda Pemkot Salatiga, Senin (27/6/2022).

Kepala Bappeda Kota Salatiga, Muthoin, mengatakan selama 2021 telah terjadi peningkatan bayi usia di bawah dua tahun yang mengalami stunting, dari 7,07 persen menjadi 8,34 persen. Peningkatan stunting itu disebabkan karena saat bulan timbang pada Agustus 2021 masih dalam masa pandemi Covid-19. Hal itu pun membuat bayi boleh datang ke Posyandu hanya yang berusia 12-24 tahun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Muthoin juga menyebutkan berdasarkan data balita stunting di Kota Salatiga pada 2021 mengacu bulan timbang Agustus 2021 mencapai 856 anak, atau sekitar 9,03 persen. Sementara itu prevalensi stunting tertinggi di Kecamatan Sidomukti berada di Kelurahan Kecandran, mencapai 9,91%.

Kemudian di Kecamatan Sidorejo, tepatnya di Kelurahan Bugel mencapai 17,77%. Kecamatan Argomulyo di Kelurahan Kumpulrejo 20,26 dan Kelurahan Randuacir 16,06%. Sedangkan di Kecamatan Tingkir berada di Kelurahan Tingkir Tengah, yakni 15,26% dan Tingkir Lor 13,13%.

“Upaya Pemerintah Kota Salatiga dalam hal percepatan penurunan stunting pada Tahun 2021, telah mengalokasikan anggaran pendukung penurunan stunting sebesar Rp42,291 miliar atau 10,59% dari belanja barang dan jasa. Namun, angka bayi stunting di Kota Salatiga pada Tahun 2021 masih relatif tinggi, sehingga dibutuhkan lagi kerja sama dan gotong royong dari berbagai pihak, tak terkecuali perguruan tinggi dan dunia usaha industri,” ungkap Muthoin.

Baca juga: Kecamatan Terkecil di Kota Salatiga Punya Gerbang Tol

Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Sinoeng N. Rachmadi, menilai acara rembuk stunting harus membawa dampak pengawalan secara riil, konkret dan segera terhadap ibu hamil. Oleh karena itu, Sinoeng meminta supaya pada kegiatan Rembuk Stunting yang akan datang dikemas dengan pemaparan dari para lurah tentang cerita inspiratif dalam mengatasi stunting di wilayahnya.

“Namanya juga rembukan, supaya kepala-kepala wilayah memberikan paparan cerita-cerita inspiratif, baik success story maupun bad story, bukan Kepala Daerah yang pidato lebih dulu. Saya hanya ingin mengajak untuk betul-betul memanfaatkan momentum, kalau perlu menyertakan pula karyawan dan karyawati perusahaan dalam rembuk tersebut,” tegas Sinoeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya