SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk demam berdarah. (Dok. Solopos)

Solopos.com, BOYOLALIDinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat ada 52 kasus demam berdarah dengue atau DBD dan dua orang di antaranya meninggal dunia pada Januari 2023 ini.

Diungkap di laman https://dinkes.boyolali.go.id/p2pm, jumlah kasus dan korban meninggal akibat DBD itu data per Jumat (27/1/2023) pukul 09.05 WIB. Dua orang yang meninggal itu dari wilayah kerja Puskesmas Boyolali I dan Puskesmas Andong.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Angka tersebut lebih tinggi dibanding kasus DBD di bulan yang sama pada 2021 yaitu 19 kasus dan pada 2022 sebanyak 41 kasus. Secara terperinci, data pada Januari 2023 terdiri atas 44 kasus DBD dan delapan di antaranya masuk Demam Shock Syndrome (DSS).

Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, mengungkapkan pasien yang mengalami DSS bisa lebih fatal akibatnya dibandingkan DBD sehingga pasien DSS harus masuk ke ruang Intensive Care Unit (ICU).

“Ini Januari kasusnya cukup tinggi karena adanya musim hujan dan kemudian panas bergantian siang malam. Justru nyamuk berkembang luar biasa di saat seperti ini,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (24/1/2023).

Ia meminta masyarakat untuk waspada menghadapi musim hujan dan panas yang bergantian. Puji juga meminta masyarakat Boyolali menjaga kebersihan dan selalu mengecek tempat penampungan air secara berkala karena dikhawatirkan terdapat jentik-jentik nyamuk DBD.

Warga juga dipersilakan untuk memberantas nyamuk dengan Abate. Obat tersebut dapat diperoleh masyarakat secara gratis di Puskesmas se-Boyolali selama persediaan masih ada. Puji juga menginformasikan beberapa warga masyarakat masih salah dalam mengaplikasikan abate di bak mandi mereka.

Permintaan Fogging Meningkat

“Kadang kan dibungkus begitu, itu kan salah. Yang benar langsung disebar saja di bak mandi, itu aman kok untuk mandi, gosok gigi,” kata dia.

Selain penggunaan Abate, ia juga menganjurkan masyarakat menaruh ikan pemakan jentik. Selanjutnya, Puji menyoroti angka bebas jentik (ABJ) Boyolali yang masih di angka 89 persen. Angka tersebut masih di bawah target sebesar 95 persen.

“Angka bebas jentik masih cukup rendah, sehingga ini berkorelasi positif kasus DBD di Boyolali masih tinggi,” ujar dia. Lebih lanjut, ia mengungkapkan permintaan fogging semakin banyak.

Dinkes Boyolali pun juga melayani permintaan fogging dari warga. Namun, ia mengingatkan fogging bukanlah cara utama untuk menurunkan DBD. Ia menyatakan biasanya fogging yang dilaksanakan Dinkes Boyolali berupa fogging fokus di area sumber penularan.

Puji memisalkan terdapat kasus di suatu area, kemudian jarak sekitar 100 meter dari daerah tersebut terdapat panas tanpa sebab. Maka, area tersebut menjadi daerah fogging fokus.

“Itu boleh di-fogging fokus karena berdasarkan dari hasil PE [penyelidikan epidemiologi]. Karena kami jika kami memberikan fogging tapi tidak sesuai juga rugi, nyamuk bisa jadi kebal. Kalau kebal ya rugi ta, mau disemprot seperti apa ya percuma,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya