SOLOPOS.COM - Kapolsek Sragen Kota AKP Mashadi (tengah) bersama Muspika Sragen Kota memasang imbauan larangan pemasangan jebakan tikus beraliran listrik di wilayah Desa Kedungupit dan Tangkil, Sragen Kota, Sragen, Sabtu (9/5/2020). (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN -- Tiga orang perempuan buruh tani asal Dukuh Gonggangan, Desa Bendo, Kecamatan Sukodono, Sragen, mengalami luka bakar lantaran tersengat setrum dari kawat jebakan tikus berlistrik di areal persawahan.

Peristiwa itu terjadi di Dukuh Nginggil RT 015, Bendo, Sukodono, Sragen, Kamis (22/4/2021). Ketiga buruh tani berinisial P, 48, R, 53, dan Ng, 57, itu mengalami luka-luka dan sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Promosi Pegadaian Area Surabaya 2 Gelar Festival Ramadan 2024 di 2 Lokasi

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Bendo, Sukodono, Sragen, Dyah Prabantari, saat dihubungi Solopos.com, Kamis siang, menyampaikan kronologi kecelakaan buruh tani di persawahan itu.

Baca Juga: Jebakan Tikus Berlistrik Kembali Makan Korban Petani di Sukodono Sragen

Dyah menyampaikan peristiwa tiga buruh tani terkena jebakan tikus berlistrik di Sukodono, Sragen, tersebut terjadi sekitar pukul 06.00 WIB. Saat itu tiga orang buruh tani itu bermaksud bekerja di sawah untuk matun atau menyiangi rumput.

“Salah satu buruh tani itu tersandung kawat jebakan tikus yang beraliran listrik dan masih aktif saat lewat pematang sawah. Dua buruh tani lainnya berusaha menolong temannya itu. Akhirnya ketiganya terkena sengatan listrik dari kawat jebakan tikus berlistrik itu,” jelasnya.

Berobat Ke Rumah Sakit

Dyah menerangkan semua korban sempat berobat ke rumah sakit terdekat. Ketiga korban itu selamat dan tidak ada yang opname atau rawat inap di rumah sakit. Ia mengatakan mereka sudah diperbolehkan pulang untuk rawat jalan.

Baca Juga: Tambah 1 Lagi, Total 4 Guru SMAN 1 Gondang Sragen Meninggal Positif Covid-19

Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Bendo, Sukodono, S Jadi, menyampaikan sebenarnya ada empat buruh tani yang ada di persawahan itu. Salah satu buruh tani tidak mendekati korban sehingga tidak terkena sengatan setrum dari kawat jebakan tikus berlistrik di Sukodono, Sragen, itu.

“Ketiganya mengalami lecet-lecet karena luka bakar pada bagian tangan, kaki, dan pantat. Ada salah satu korban yang tidak bisa jalan sehingga diangkat warga bareng-bareng. Untungnya tegangan listriknya tidak besar karena mengambil jalur listrik dari permakaman umum terdekat,” ujarnya.

Menurut S Jadi, korban jebakan tikus berlistrik itu sudah banyak memakan korban jiwa sampai belasan orang. Pada hari yang sama, ada seorang petani Desa Newung, Sukodono, Sragen, yang meninggal dunia terkena jebakan tikus berlistrik yang ia pasang sendiri.

Baca Juga: Di Sragen Masih Ada Kesenjangan Upah Pekerja Perempuan dengan Laki-Laki

Geropyokan Tikus

S Jadi mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen segera mencari solusi supaya tidak muncul korban lagi. “Menurut saya, lebih efektif caranya ada petugas sukarelawan secara berkelompok melakukan gropyokan dan setiap ekor tikus dibeli dengan harga tertentu. Kelompok yang paling banyak mendapatkan tikus mendapat hadiah sebagai penyemangat,” katanya.

Gerakan gropyokan ini, menurutnya, harus serentak se-Kabupaten Sragen supaya masalah tikus menjadi perhatian serius. Ia menerangkan setiap ekor tikus bisa dibeli dengan harga Rp1.000, Rp2.000, atau Rp3.000.

“Dengan harga itu ada semangat untuk pemberdayaan warga dari kalangan ekonomi bawah. Anggap saja gerakan itu sebagai program padat karya tunai. Anggarannya dari Pemkab. Biaya besar tidak masalah daripada muncul korban terus. Petani itu beranggapan kalau tidak pasang jebakan tikus berlistrik maka mereka tidak bisa panen,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya