SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak stunting atau kerdil yang antara lain disebabkan kurang gizi. (Bisnis-Istimewa)

Solopos.com, SUKOHARJO – Kasus stunting berpotensi muncul di tujuh kecamatan yang terletak di Kabupaten Sukoharjo, yaitu Kecamatan Polokarto, Grogol, Baki, Kartasura, Bulu, Weru, dan Bendosari.

Lebih spesifik, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo menyebut kasus stunting rawan muncul di 20 desa di tujuh kecamatan tersebut. Data yang dihimpun Solopos.com, Kabupaten Sukoharjo memiliki 167 desa/kelurahan di 13 kecamatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemkab Sukoharjo berupaya menekan kasus stunting di 20 desa itu dengan membentuk tim pendamping keluarga (TPK). Tim tersebut terdiri dari tenaga kesehatan, kader institusi masyarakat perdesaan (IMP), dan anggota tim Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Baca Juga : Duel Satu Lawan Satu, Satpam Ambruk Dipukul Linggis

Pencegahan stunting menjadi program prioritas nasional sejak Maret 2020. Bahkan, Presiden Joko Widodo, menginstruksikan pembangunan sumber daya manusia (SDM), termasuk anak menjadi fokus pembangunan hingga 2024.

Persoalan dan penanganan stunting menjadi tantangan pemerintah di tengah pandemi Covid-19. “Tim pendamping keluarga disebar di tujuh kecamatan. Saat ini mereka melakukan observasi lapangan di wilayah masing-masing. Mengapa hanya 20 desa karena potensi kasus stunting muncul di situ,” kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Sukoharjo, Proboningsih Dwi Danarti, saat ditemui Solopos.com, di kantornya, Senin (22/11/2021).

Dia menyebut kasus paling banyak ditemukan di Kecamatan Polokarto, yakni 10 desa. Wanita yang akrab disapa Probo ini mengatakan total tim pendamping keluarga sebanyak 700 orang.

Baca Juga : Banyak Korban Jatuh, Hati-Hati di Rel Bengkong Tasikmadu Karanganyar

Mereka terbagi menjadi sejumlah kelompok. Setiap kelompok berisi tiga anggota. Mereka bakal mengikuti bimbingan teknis pada akhir 2021 atau awal 2022. Mereka bakal mendapat pendampingan selama setahun pada 2022.

Tugas tim pendamping keluarga itu memberikan penyuluhan dan edukasi terhadap calon pengantin, ibu hamil, dan ibu yang memiliki bayi di bawah tiga tahun. “Kunci membangun [sumber daya manusia] SDM berkualitas adalah bayi yang dilahirkan hingga berusia 1.000 hari. Bayi harus mendapat asupan gizi, air susu ibu, dan pola pengasuhan baik,” jelas dia.

Probo menyampaikan pendampingan terhadap calon pengantin dan ibu hamil bagian dari upaya mencegah kasus stunting. Kasus stunting diukur berdasarkan tinggi dan berat badan anak disesuaikan dengan usia.

Baca Juga : Momen Unik di Sirkuit Mandalika: Motor Pembalap Jalan Sendiri

Pertumbuhan anak dianggap normal jika tinggi badan selalu bertambah setiap saat. Sebaliknya, pertumbuhan anak terhambat apabila tinggi badan anak lebih pendek dibanding ukuran normal. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan asupan gizi.

“Angka kasus stunting di Sukoharjo sekitar 2,58 persen. Dibanding daerah lain di Soloraya, kasus stunting di Sukoharjo tergolong rendah.”

Warga Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Ratna, sedang mengandung. Dia menyampaikan kader pos pelayanan keluarga berencana kesehatan terpadu (Posyandu) aktif memeriksa janin bayi di kandungannya secara berkala.

Ratna berharap tim pendamping keluarga juga aktif mendatangi rumah para ibu hamil. Dia berpendapat belum semua ibu hamil memahami pengetahuan seputar kehamilan dan janin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya