SOLOPOS.COM - Puluhan seniman tampil dalam pementasan Tari Kecak di Daya Tarik Wisata (DTW) Uluwatu, Badung, Bali, Selasa (21/9/2021). Atraksi wisata tari kecak tersebut kembali dipentaskan perdana pada Selasa (21/9) dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan membatasi jumlah penonton 50 persen dari kapasitas serta untuk mempromosikan daya tarik pariwisata di Bali. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.

Solopos.com, JAKARTA — Industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia selama lebih dari setahun kelimpungan dihantam pandemi Covid-19. Mengacu data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), sejak Februari 2020 jumlah wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia menurun sangat drastis.

Sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia jika ditotal hanya sekitar 4,052 juta orang. Angka itu cuma 25 persen dari jumlah wisatawan ke Indonesia pada 2019. Selain merosotnya angka kunjungan wisatawan, pandemi juga berdampak pada kurang lebih 30 juta lapangan pekerjaan di sektor parekraf.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid, sektor pariwisata mengalami kerugian lebih dari Rp10 triliun selama pandemi Covid-19. Dia menjelaskan kerugian tercermin dari kontraksi yang cukup besar dari produk domestik bruto (PDB) nasional pada kuartal kedua dan ketiga 2020.

Baca juga: Jelang WSBK Mandalika, Okupansi Hotel di Lombok Naik hingga 70%

Arsjad menuturkan pemulihan sektor pariwisata di Tanah Air membutuhkan kerja sama, inovasi, dan koordinasi dengan semua pihak terkait.

“Memang membuka sepenuhnya sektor parekraf tidak gampang. Pasalnya sektor ini membutuhkan banyak orang, punya efek domino yang besar juga. Jadi harus cermat. Jadi, bukan berarti tidak mungkin, tapi harus dipikirkan dan siapkan betul,” jelas Arsjad dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/10/2021), yang dilansir liputan6.com.

Namun Kadin Indonesia melihat pemerintah sudah berupaya keras menyelamatkan sektor parekraf. Menurut Arsjad, ada beberapa fase yang sudah dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan sektor penyumbang devisa besar ini hingga merumuskan untuk membuka sepenuhnya bidang parekraf.

Baca juga: Batik dan Kopi Jadi Favorit di Indonesian Cultural Day Hong Kong

Pihaknya mencermati selama setahun belakangan, pemerintah telah menerapkan kebijakan berupa program stimulus untuk mendukung pemulihan sektor pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19. Di antaranya dana hibah, subsidi bunga, restrukturisasi kredit, dan kredit usaha rakyat (KUR) pariwisata.

Lebih lanjut, Arsjad mengatakan pandemi Covid-19 memaksa pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk bertahan dan berinovasi. Vaksinasi, katanya, juga menjadi salah satu harapan untuk membangkitkan sektor parekraf di tahun 2021 ini.

Membuka Perlahan Tempat Wisata

Arsjad menilai pemerintah sudah melakukan fase tanggap dengan memfokuskan pada kesehatan di sektor parekraf.

“Fase ini pemerintah menginisiasi program perlindungan sosial, mendorong kreativitas dan produktivitas saat WFH, melakukan koordinasi krisis pariwisata dengan daerah pariwisata, serta melakukan persiapan pemulihan,” ujarnya.

Baca juga: BI Kembali Buka Layanan Uang Rupiah untuk Masyarakat, Nih Jadwalnya

Selanjutnya, ungka dia, adalah fase pemulihan, yakni pemerintah membuka perlahan tempat wisata.

“Persiapannya sangat matang, salah satunya soal penerapan protokol sertifikasi CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability),” beber dia.

Terakhir, dari pengamatan Kadin Indonesia, pemerintah menjalankan fase penormalan yakni persiapan destinasi dengan protokol CHSE, meningkatkan minat pasar, hingga diskon untuk paket wisata dan MICE.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya