SOLOPOS.COM - Aktivitas warga di depan Pasar Kota Sragen tak begitu ramai, Kamis (20/8/2020). Pasar tersebut akan direvitalisasi dengan dana Rp200 miliar mulai 2021. (Tri Rahayu/Solopos)

Solopos.com SRAGEN — Sekitar 1.000 pedagang yang tergabung dalam enam paguyuban menolak keras wacana pemindahan Pasar Kota Sragen menjadi satu dengan Pasar Nglangon dan Pasar Joko Tingkir.

Pernyataan sikap tersebut dibacakan di depan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen Tedi Rosanto dalam musawarah pedagang digelar Rabu (19/8/2020) malam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keenam paguyuban yang menyatakan sikap itu terdiri atas Kerukunan Pedagang Pasar Kota Sragen (KPPKS), Persatuan Pertokoan Pasar Sragen (Perkopas), Paguyuban Sol Sepadu Sumilir, Persatuan Pedagang Makanan Sasana Langen Putra (Perwanas), Peguyuban Pedagang Kliteh, dan Komite Paguyuban pedagang Pasar Sragen (KP3S).

Pernyataan sikap itu dibacakan Sekretaris KPPKS Suwarlan dan disaksikan puluhan pengurus dari enam peguyuban tersebut. Pernyataan sikap tersebut kemudian diserahkan kepada Kepala Disperindag Sragen Tedi Rosanto.

Nasi Oyek, Kuliner Rahasia di Balik Kekuatan Gerilya Jenderal Besar Soedirman

Para pedagang juga membentuk Tim Pengawal Revitalisasi Pasar Kota Sukowati Sragen yang dipimpin Subono yang juga Ketua KP3S.

"Setelah mengetahui wacana pemindahan Pasar Kota ke utara menyatur dengan Pasar Nglangon dan Pasar Joko Tingkir, maka pedagang Pasar Kota Sragen lewat enam paguyuban menyatakan tidak setuju dan menolak keras wacana tersebut," ujar Suwarlan.

Alasan penolakannya, lanjut Suwarlan, pembangunan Pasar Kota sudah disampaikan Bupati dengan mengundang 1.220 pedagang pada Desember 2017 lalu.

"Wacana tersebut membuat pedagang resah, khawatir, dan kebingungan. Kami juga menagih janji nupati untuk revitalisasi Pasar Kota. Dalam waktu dekat pedagang akan audiensi dengan bupati dan DPRD Sragen," lanjutnya.

Suwarlan menerangkan dalam pertemuan di Gedung Kartini Sragen, 19 Desember 2017, itu juga dihadiri konsultan detail engineering design (DED). Dalam penjelasannya, kata Suwarlan, lantai I untuk pedagang lama, lantai II untuk grosir batik, dan lantai III untuk parkir, perkantoran, musala, kuliner, dan wahana permainan.

Disperindag

Sementara itu, Kepala Disperindag Sragen Tedi Rosanto mengatakan kesepakatan dari pedagang tersebut segera ditindaklanjuti dalam rapat dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya. Tedi mengatakan sikap pedagang itu menjadi bahan pertimbangan supaya Sragen tetap kondusif.

Tedi menerangkan DED Pasar Kota Sragen tetap akan di-review karena dulu angkanya Rp250 miliar. Dia mengatakan perubahan DED nanti menyesuaikan alokasi anggaran dari APBN Rp200 miliar.

"Untuk parkir lantai bawah jelas tidak memungkinkan karena berdekatan dengan jalur ganda kereta api. Kemudian untuk pembangunan ada larangan gedung pasar dibangun tiga lantai ke atas. Parkir tetap di atas. Kami setuju pembangunan seperti mal rakyat, yakni perpaduan antara Pusat Grosir Solo (PGS) dengan Paragon Mall Solo. Lantai di atas bisa melihat ke lantai bawah," jelasnya.

Duh, 7 Warga Kota Madiun Terpapar Covid-19 dalam Sehari

Dalam kesempatan itu, Tedi meminta masukan untuk rencana lokasi pasar darurat yang akan difungsikan selama dua tahun (2021-2022). Dalam pertemuan itu muncul usulan lokasi pasar darurat di Stadion Taruna, lahan Pabrik Gula (PG) Mojo, dan satu sisi jalur Jl Raya Sukowati dari Beloran-Pilangsari.

Namun, usulan untuk penggunaan Stadion Taruna dan Jalan Raya Sukowati tidak memungkinkan untuk diizinkan. Tedi menyampaikan tiga alternatif, yakni jalan seputar Pasar Kota, lapangan Nglorog, dan lapangan Karangtengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya