SOLOPOS.COM - Maket Pasar Tanggul (Istimewa/Dok/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Wacana mal Marhaen Solo terus bergulir. Pakar ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Anton A. Setyawan, mengkritik kebijakan anggaran Pemkot yang memasang dana hingga Rp14,5 miliar untuk revitalisasi Pasar Tanggul.

Dia menilai dana tersebut terlalu besar untuk sebuah konsep pengembangan pasar tradisional yang belum jelas. Sebelumnya, Pemkot berencana memoles Pasar Tanggul dengan infrastruktur modern yang kemudian dinamai Mal Marhaen.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Dengan konsep yang belum matang, saya khawatir dana itu akan berhenti di bangunannya saja. Sementara roda ekonomi di dalamnya macet,” ujar Anton saat dihubungi Solopos.com, Rabu (23/10/2013).

Menurutnya, konsep yang dipaparkan Pemkot sejauh ini cenderung berkonsentrasi pada infrastruktur bangunan. Sementara karakteristik yang menjadi roh pasar tradisional, imbuhnya, kurang dipikirkan.

Anton mengatakan pusat ekonomi kerakyatan yang mampu bertahan lama hanyalah yang memiliki ciri khas dan dibutuhkan masyarakat.

“Daripada membuang duit untuk konsep yang belum jelas, mending digunakan untuk menguatkan pasar tradisional yang ada. Toh revitalisasi pasar yang menjadi proyek besar Pemkot selama ini belum sepenuhnya sukses,” tuturnya.

Anton pun menyangsikan pengembangan pasar bakal sukses menembus segmen menengah ke bawah seperti yang diharapkan. Menurutnya, akan terjadi kekacauan segmentasi jika pasar tradisional dicampur dengan pertokoan modern.

Dia menyebut karakteristik pembeli dua jenis pasar itu sangat berlawanan. “Pembeli pasar tradisional itu cenderung hanya niat belanja, tidak ada unsur rekreasi seperti kalau ke mal. Jika ingin window shopping, saya yakin kalangan menengah ke bawah pun sudah akrab dengan mal yang ada. Kekhawatiran mereka canggung dengan mal terlalu berlebihan.”

Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (DPP), Subagiyo, berjanji selektif terhadap dagangan maupun pedagang baru yang bakal masuk pascarevitalisasi Pasar Tanggul. Dia mengungkapkan penambahan pertokoan baru di lantai satu bisa menampung pedagang sekitar 30-an.

“Penghuni Pasar Tanggul tetap diutamakan dari pedagang pasar tradisional dan pelaku UMKM. Jikapun ada pedagang baru, mereka bukan seperti di mal-mal itu.”

Subagiyo menambahkan, sistem zonasi bakal diterapkan untuk mengantisipasi persaingan tidak sehat. Menurutnya, selama ini sistem tersebut belum ada di Pasar Tanggul. Dia menguraikan, zonasi pasar akan dipecah menjadi zona basah untuk daging, zona semi basah untuk sayuran, zona kering untuk bumbon, zona kuliner dan zona pertokoan.

“Terkait penolakan pedagang, kami menganggapnya sebagai masukan. Dalam waktu dekat kami akan kumpulkan pedagang untuk sosialisasi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya