SOLOPOS.COM - Kondisi Tugu IKSPI Kera Sakti Sragen di Ring Road Utara, tepatnya di Kampung Bangak, Sine, Sragen, yang dirusak oleh warga PSHT Sragen, Sabtu (28/3/2020). (Solopos-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Dua perguruan silat di Sragen kembali berseteru di tengah wabah virus corona (Covid-19). Kedua perguruan itu adalah Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Sragen dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) Kera Sakti Sragen.

Ribuan massa warga PSHT merusak tugu IKSPI Kera Sakti di enam titik. Salah satunya berlokasi di Ring Road Utara Sragen, tepatnya di Kampung Bangak, Kelurahan Sine, Sragen, Jumat (27/3/2020) malam hingga Sabtu (28/3/2020) dini hari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain merusak tugu IKSPI Kera Sakti, massa juga melempari rumah Eko Suroto, 58, dengan batu hingga membuat beberapa genting pecah. Pagar besi di halaman rumah Eko Suroto juga rusak. Sementara meja kaca juga pecah.

Lockdown di Kampung Karangwuni Kulon Ceper Klaten: Bank Plecit Jangan Nagih Dulu Pliss...

“Saya sebetulnya bukan anggota maupun pengurus IKSPI. Cuma, anak saya yang menjadi anggota IKSPI Kera Sakti. Kebetulan di depan rumah saya dibangun tugu IKSPI Kera Sakti sehingga rumah saya ikut jadi target pengrusakan,” papar Eko saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu.

Kedua massa perguruan silat di Sragen itu berseteru setelah muncul teror. Eko mengakui sejak Jumat sore, rumahnya sudah mendapat teror dari sekelompok orang.

Pemerintah Kelamaan, Desa-Desa di Sukoharjo Lockdown Lokal

Teror

Halaman rumahnya sudah disiram dengan cat warna kuning oleh beberapa pemuda tidak dikenal. Khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, ia kemudikan mengungsikan keluarganya, termasuk cucunya yang baru lahir pada Januari lalu ke rumah saudara.

Ratusan ODP Corona di Jatiyoso Karanganyar Mayoritas Pemudik dari Jabodetabek

“Rombongan datang ke rumah saya sekitar pukul 23.00 WIB. Jumlahnya mungkin sekitar 1.500 orang. Saya hanya seorang diri di rumah. Saya keluar rumah untuk mengingatkan mereka, silakan merusak tugu karena itu milik organisasi. Kalau rumah, jangan dirusak karena itu milik perorangan. Tapi, ada masih ada yang melempari rumah saya dengan batu hingga membuat genting dan esbes rusak, menendang pintu dan menendang meja kaca hingga pecah,” jelas Eko.

Ketua IKSPI Kera Sakti Sragen, Waluyo, mengakui kedua perguruan silat itu berseteru. Ada enam tugu yang menjadi sasaran pengrusakan oleh massa. Selain di Bangak, tugu lain yang jadi sasaran pengrusakan berlokasi di Pelemgadung, Pengkok, Karangtanjung dan Dawangan.

Buntut Penganiayaan

Meski begitu, Waluyo belum berencana melaporkan aksi pengrusakan simbol IKSPI Kera Sakti itu ke aparat kepolisian. Sebelumnya, sebuah rumah, kios dan tiang lampu yang berlokasi di Mondokan juga ikut dirusak massa.

Lockdown Kampung Ala Wong Sragen, Bagaimana Aturannya?

Waluyo mengakui kedua massa perguruan silat di Sragen itu berseteru setelah terjadi penganiayaan. Aksi pengrusakan sejumlah tugu itu merupakan buntut penganiayaan dua warga PSHT Sragen oleh warga IKSPI Kera Sakti di Gemantar Mondokan.

Insiden itu berlanjut dengan pengrusakan tiga tugu dan simbol PSHT di wilayah Mondokan dan Sidoharjo pada Jumat (27/3/2020) dini hari. Waluyo mengakui pelaku penganiayaan itu kini sudah diamankan oleh polisi.

Berani! Warga Blokade Jalan Kampung Krapyak Sragen, Pendatang Dilarang Masuk

“Benar ada satu anak yang diamankan polisi. Apa yang dilakukan dia [menganiaya orang] itu merupakan masalah pribadi yang tidak bisa dibawa ke ranah organisasi. Karena yang dilakukan dia adalah masalah pribadi, kemungkinan kami juga tidak akan memberikan pendampingan hukum,” papar Waluyo.

Polres Sragen Temui PSHT

Polres Sragen berupaya mencegah kedua massa perguruan silat itu berseteru lebih lanjut. Ketua PSHT Sragen, Jumbadi, mengaku sempat ditemui Kapolres Sragen, AKBP Raphael Sandhy Cahya Priambodo, pada Jumat siang.

Kapolres meminta Jumbadi memerintahkan supaya tidak ada kegiatan pengerahan massa. Setelah bertemu Kapolres, Jumbadi langsung menggelar rapat dengan semua pengurus PSHT Sragen.

Kondektur Bus Pingsan di Trotoar Simo Boyolali Dikira Kena Corona, Warga Tak Berani Menolong

“Semua pengurus sudah bersepakat, intinya kami tidak akan mengerahkan massa. Apa bila ada massa, kami berusaha mengendalikan mereka supaya mau membubarkan diri. Kami menghormati, menghargai dan melaksanakan maklumat Bapak Kapolri supaya tidak ada pengumpulan massa demi menghindari persebaran virus corona,” ujar Jumbadi.

Jumbadi mengaku tidak tahu mengapa ada ribuan massa anggota PSHT yang berkumpul hingga merusak sejumlah tugu IKSPI Kera Sakti. Dia menegaskan apa yang dilakukan mereka tidak mewakili organisasi.

Bukan Corona, Kondektur Bus Pingsan di Trotoar Simo Boyolali Ternyata Strok

“Semalam semua pengurus juga tidak bisa tidur. Sebab, kami terus berusaha mengendalikan massa supaya mereka mau bubar. Saya juga tidak tahu mengapa mereka bisa berkumpul. Apakah memang ada provokator, saya tidak tahu,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya