SOLOPOS.COM - Paslon independen Bajo saat mendaftar sebagai cawali-cawawali Pilkada Solo ke KPU Solo, Minggu (6/9/2020).(Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO -- Pasangan cawali-cawawali Pilkada Solo dari jalur perseorangan, Bagyo Wahyono-FX Supardjo alias Bajo mempunyai visi-misi membangun Solo yang tidak kalah dari lawannya, Gibran-Teguh.

Visi-misi itu sudah mereka serahkan kepada KPU Solo saat mendaftar pada Minggu (6/9/2020). Berdasar berkas yang Solopos.com peroleh, visi-misi Bajo yaitu Menjadikan Solo Mempunyai Harkat dan Martabat sebagai Kota Budaya, Kota Santun, dan Kota yang Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Titi Trentem Kerta Raharja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Untuk mewujudkan visi tersebut Bajo mempunyai program unggulan yang menyasar tiga bidang pokok yaitu sandang, papan, dan pangan. Bajo menilai persoalan tiga bidang itu belum terselesaikan hingga kini sejak Indonesia merdeka.

Jika Jadi Wali Kota Solo, Ini Kata Gibran Soal Program 3WMP Andalan Rudy

Padahal ungkapan tentang sandang, papan, dan pangan merupakan urusan paling dasar. “Ungkapan itu sudah tidak asing bagi telinga kita. Mungkin sejak SD guru-guru kita selalu menyampaikan tentang itu. Semua itu terlihat seperti hal mudah ketika mendengarnya. Tapi kenyataannya sulit untuk menjalani kenyataan hidup yang pahit dan getir,” terang Bajo menyampaikan visi-misi pada Pilkada Solo.

Pasangan yang diusung ormas Panji-Panji Hati atau Tikus Pithi Hanata Baris itu menyatakan siap memanfaatkan 100 persen APBD Solo untuk menyelesaikan persoalan sandang, papan, dan pangan. Dengan selesainya persoalan tiga bidang itu Bajo meyakini secara otomatis akan mengangkat kesejahteraan masyarakat Solo.

Tambah 55 Pasien Positif Dalam Sepekan, Ini Data Terbaru Covid-19 Sukoharjo

Adab-Adab Timur

Ihwal pembenahan sandang, dalam visi-misi mereka untuk Pilkada nanti, Bajo menilai Solo harus kembali “berpakaian” yang sebenarnya “berpakaian”. Bajo akan mengembalikan “pakaian” Solo seperti yang sebenarnya.

Caranya dengan menjadikan Solo kota beragama, berbudaya, dan menjadi pusat kembalinya adab-adab orang timur yang adi luhung atau bernilai luhur.

Adab-adab luhur orang timur tersebut seperti saling menghargai, saling mencintai, saling menghormati, bergotong royong, membina rasa sosial antarmasyarakat. Lalu menjaga rasa tabu, dan saling mempunyai rasa malu. Dengan kembalinya “pakaian” Kota Solo itu, tingkat toleransi warganya akan sangat meningkat.

120 Warga Solo Terjaring Razia Masker, Padahal Jadwal Sudah Bocor!

“Jika tingkat toleransi yang tinggi antarmasyarakat, antaragama, antarras, masyarakat Solo akan saling menjaga satu dengan yang lain. Sehingga akan terkikis dan menghilang faham-faham antitoleransi, faham radikal, faham antipancasilais, yang membuat hancurnya moral mastarakat Kota Solo,” urai Bajo.

Kembalinya budaya adi luhung seperti tertuang dalam visi-misi untuk Pilkada Solo, Bajo meyakini akan mampu mengikis dan menghilangkan korupsi, kolusi, nepotisme, zina, dan hal-hal negatif lain yang menyimpang dari norma sosial, negara, dan agama.

Hal itu karena rasa malu dan tabu akan hidup bersama budaya Solo dengan dasar agama yang kuat.(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya