SOLOPOS.COM - Ilustrasi kulit sapi yang terserang LSD. (bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id).

Solopos.com, BOYOLALI Pemkab Boyolali telah menyiapkan sebanyak 3.700 vaksin untuk sapi-sapi di Boyolali yang terkena virus lumpy skin disease (LSD). Jumlah sapi yang sudah mendapat vaksinasi sebanyak 317 ekor sapi.

Sebagai informasi, jumlah sapi yang suspect LSD di Boyolali sebanyak 104 ekor, total positif LSD masih dalam pemetaan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Sampai detik ini, yang parah pun sembuh, tidak terjadi kematian, kami harapkan tidak panik, karena kalau sembuh ini kulitnya juga pulih kembali,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati.

Selanjutnya, Lusia juga meminta para peternak sapi untuk menjaga kebersihan kandang sapi.

Mengingat, penularan virus lumpy skin disease (LSD) bersifat sporadis dan menular melalui vektor, seperti gigitan serangga nyamuk, lalat, dan caplak. “Jaga kebersihan, biosekuriti, kemudian juga memberikan makanan yang cukup vitamin, bergizi,” himbau dia.

Baca juga: Hari Kedua Vaksinasi PMK Boyolali di Kecamatan Mojosongo, Desa Mana?

Lusia menjelaskan secara fisik tampilan sapi yang terpapar virus lumpy skin disease (LSD)  menjadi kurang menarik, nafsu makan turun akibat daya tahan tubuh melemah. Sehingga selain terdapat benjolan-benjolan di sekujur tubuh, sapi juga bisa terlihat kurus.

“Tapi ketika sembuh dia [benjolan-benjolan] akan mengering sendiri, dan nafsu makan akan pulih kembali,” jelasnya pada Solopos.com di kantor dinas, Jumat (23/12/2022).

Antisipasi selanjutnya, dinas akan melakukan vaksinasi pada sapi-sapi yang beradius cukup dekat dengan sapi terpapar LSD. Lusia menjelaskan sapi-sapi di tempat lain juga berpotensi terpapar LSD bila sekitarnya ada lalat, caplak, dan serangga lainnya.

“Berpotensi sekali kalau ada lalat, caplak, atau serangga lainnya yang terbang ke sana. kaya orang DB [Demam Berdarah] juga, satu kandang bisa selamat bila tidak digigit atau ditempeli dari salah satu serangga,” kata dia.

Penularan juga tergantung dengan daya tahan tubuh sapi. Sejauh ini, Lusia belum mendapat laporan terkait kematian sapi akibat LSD. Terkait kebijakan di pasar hewan, lusia belum membuat peraturan khusus di pasar hewan untuk mengantisipasi penyebaran virus LSD.

Baca juga: Wow! Tekan PMK, Pemkab Boyolali Akan Bikin Tempat Cuci Kaki Khusus Sapi

Sampai saat ini, pencegahan LSD dilakukan melalui himbauan-himbauan UPT kepada peternak agar menjaga kebersihan kandang dan memberikan pakan yang bergizi.

Lebih lanjut, Lusia meminta para peternak sapi agar langsung melapor bila sapinya terdapat benjolan di sekujur tubuh. Sehingga penyakit tersebut bisa segera ditangani oleh dokter hewan.

“Kalau mati sampai saat ini tidak. Tapi kalau tidak segera ditangani mesti berakibat seperti itu,” jelasnya.

Lusia mengatakan penyebaran virus LSD tidak semasif PMK. Saat disinggung terkait keamanan daging pada sapi LSD, Lusia menjawab daripada dipotong atau dijual saat sakit, baiknya peternak mengobati sapi yang terpapar lebih dahulu. Karena ketika sembuh, cacar pada tubuh sapi akan mengering dan pulih kembali.

Baca juga: Hewan Kurban Wajib Ada SKKH, Begini Cara Peroleh SKKH di Boyolali

“Saya harapkan tidak panik, diobati saja, karena kalau sembuh, ini kulitnya juga pulih kembali. Lebih bersabar, butuh waktu penyembuhan, pemulihan, biar harganya tidak turun. Kalau dijual posisi sakit pasti juga turun,” imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya