SOLOPOS.COM - Ilustrasi kasus flu burung (JIBI/dok)

ilustrasi (JIBI/dok)

ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, KARANGANYAR — Ratusan itik yang berangsur-angsur mati di Desa Gondangmanis, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, beberapa waktu lalu, dinyatakan positif terserang virus flu burung atau yang juga dikenal sebagai avian influenza (AI).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kesimpulan itu berdasarkan hasil uji laboratorium atas sampel itik yang diterima Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Karanganyar pada Selasa (1/10/2013).

“Dari lima sampel yang diuji, dua di antaranya positif terkena virus AI. Sejak awal memang tanda-tandanya sudah mengarah ke sana,” terang anggota staf Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Karanganyar, Fathurrahman , saat dijumpai Solopos.com di Karangpandan, Rabu (2/10/2013).

Setelah mendapatkan hasil uji laboratorium, Disnakan telah meninjau kembali kondisi itik di Desa Gondangmanis. Sebagian itik yang awalnya menunjukkan gejala terserang flu burung telah dibawa ke daerah lain. Sementara, itik-itik yang tersisa tampak masih sehat.

“Dulu masih ada yang menunjukkan gejala flu burung, tapi kemungkinan sudah dijual atau dibawa ke daerah lain. Idealnya memang dimusnahkan, tapi kami tidak punya kewenangan untuk memaksa peternak karena tidak ada kompensasinya,” urai dia.

Pria yang juga dokter hewan itu mengatakan Dusun Jikut, Desa Gondangmanis, memang merupakan daerah endemik flu burung. Pada Desember 2012 lalu, ratusan itik milik peternak setempat juga mati mendadak lantaran terserang virus AI.

Menurutnya, pola pemeliharaan yang tidak berubah menjadi pemicu utama munculnya kembali virus flu burung di Dusun Jikut. Sebagian besar peternak enggan meninggalkan pola pemeliharaan itik dengan cara menggembala di daerah lain.

Umumnya, peternak menggiring itik ke daerah yang sedang panen untuk mencari makan.

“Peternak selalu membawa itik boro [mengembara] untuk mencari makan, bahkan sampai ke Sukoharjo dan Sragen. Pola ini padahal sangat rawan menimbulkan penyakit, itik yang boro rentan tertular virus AI,” terang Fathur.

Kepala Disnakan Karanganyar, Sumiarto, mengatakan sangat sulit mengarahkan masyarakat untuk tidak membawa itik-itik mereka boro. Pasalnya, peternak menilai model pemeliharaan itu lebih hemat. Selain itu, telur dan daging itik yang dipelihara dengan cara boro dinilai lebih berkualitas dan lezat.

Oleh sebab itu, Disnakan bakal lebih memperketat pengawasan terhadap para peternak di wilayah Gondangmanis. Mantri hewan dan penyuluh peternakan bakal diminta lebih intensif memberi pengarahan kepada para peternak supaya rutin memberikan suntikan vaksinasi serta membersihkan kandang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya