SOLOPOS.COM - Lukisan Jokowi mirip Pak Harto karya seniman Salatiga, Brambot Kusuma. (Instagram/@brambotkusuma)

Solopos.com, SALATIGA – Lukisan seniman asal Salatiga, Jawa Tengah, Brambot Kusuma, menjadi buah bibir. Pasalnya lukisan itu memperlihatkan seseorang yang sedang melukis sosok mirip Presiden Jokowi, namun pada kanvasnya terpampang wajah mirip Presiden Soeharto.

Lukisan yang diunggah di akun Instagram @brambotkusuma, Sabtu (28/8/2021) itu pun mendapat rtusan tanggapan dari warganet. Si pelukis mengatakan bahwa menggambar wajah orang merupakan salah satu hal yang sulit dilakukan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pancen angel gambar rahi ki, ra tau iso mirip. Tambah meneh nek gambare langsung, hadeh soyo ra mirip, soyo bubrah, soyo ngewel. Wis wis ncen ra bakat [memang sulit menggambar wajah, tidak pernah bisa mirip. Apalagi kalau Digambar langsung, semakin tidak mirip. Memang enggak bakat]” jelasnya melalui keterangan foto.

Baca juga: Ngeri! Uang Rp114 Triliun Raib Gegara Pinjol dan Investasi Ilegal

Sampai saat ini, lukisan tersebut sudah dilihat ratusan orang. Bahkan, ratusan warganet langsung menyerbu postinngan tersebut di kolom komentar.

Brambot tidak menyangka lukisannya menjadi viral di media sosial. Dia mengatakan lukisan Jokowi mirip Pak Harto itu dikerjakan selama tiga jam.

“Mengira sih tidak, karena seperti biasanya saya ketika ada ide langsung segera di eksekusi,” jelasnya kepada Suara.com, Senin (30/8/2021).

Lukisan itu dibuat dengan inspirasi kondisi saat ini. Dia prihatin dengan sikap pemerintah yang berlebihan terhdap karya-karya mural yang bermuatan kritik terhadap rezim saat ini.

“Bahkan bentuk intimidasi-intimidasi dilakukan, yang notabene bukan “penjahat”,” ujarnya.

Baca juga: Baru! Mural “Tuhan Kami Lapar” Mejeng di Flyover Janti Jogja

Brambot pun mengaku ada ketakutan yang muncul setelah membuat lukisan tersebut. Tetapi, selama kritikannya berangkat dari data-data dia berani mempertanggung jawabkan karyanya.

“Sampai sekarang belum ada intimidasi dan jika saya sampai ditangkap atau ada bentuk intimidasi, apa tidak semakin memperjelas bahwa pemerintah saat ini antiktitik dan selalu bertindak represif,” paparnya.

Seniman asal Salatiga ini sadar betul pasti ada pro dan kontra berkaitan dengan karyanya.  Dia ingin bermain semiotika, bagi yang “rindu romantismenya”  zaman Orde Baru, mengintepretasikannya pemerintah saat ini memiliki “kebaikan-kebaikan,” prestasi-prestasi yang sama dengan orba.

Baca juga: Cerita Warga Soloraya Berburu Vaksin Covid-19 Sampai ke Kulon Progo

Sementara, bagi yang “melawan” kondisi sekarang tak jauh bedanya dengan masa orba, yang mana salah satunya sikap represif pemerintah terhadap rakyatnya yang kritis.

“Dua pesan itu yang ingin saya sampaikan pada karya saya. Tapi tidak menutup kemungkinan, intepretasi yang berbeda-berbeda yang diartikan bagi orang melihatnya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya