SOLOPOS.COM - Ilustrasi hoarding disorder. (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Istilah hoarding disorder kembali naik daun sejak beredar video yang memperlihatkan kamar indekos driver ojol dibuka paksa dan isinya adalah tumpukan sampah. Peristiwa itu diunggah oleh akun Instagram @wihakofarm, belum lama ini.

Awalnya warga curiga penghuni kamar tersebut menyimpan mayat lantaran tercium bau tak sedap,  setelah dibuka isinya tumpukan sampah sehingga muncul dugaan penghuni indekos tersebut menderita hoarding disorder.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Nah jika kamu “hobi” menyimpan barang-barang yang tidak terpakai hingga rumah atau kamarmu penuh sesak dengan barang-barang tersebut, bisa jadi kamu menderita hoarding disorder. Simak ulasannya di info sehat kali ini.

Barang-barang yang disimpan penderita hoarding disorder beragam, mulai dari koran, buku, makanan, benda kenangan, pakaian, struk belanja, alat rumah tangga, tas plastik, tanaman, hewan, hingga barang-barang bekas yang sudah kotor dan rusak.

Baca Juga: Begini Cara Mengajari Anak Berwirausaha Sejak Dini

Berbeda dengan kolektor barang yang mampu merawat dan menata barang-barang koleksinya dengan baik, para penderita kelainan ini menyimpan barang-barang secara sembarangan dan tidak merawatnya. Barang yang “dikoleksi” hoarder juga tidak memiliki nilai ataupun kegunaan, sehingga timbunan barang miliknya hanya akan memenuhi rumah, membuat ruang gerak menjadi terbatas, dan bisa membawa dampak buruk terhadap kesehatan.

Bahkan tak hanya bagi si hoarder saja, anggota keluarga lain yang tinggal serumah dengannya juga ikut terdampak. Mereka dapat marah dan frustasi dengan apa yang dilakukan hoarder. Konflik dalam keluarga, seperti perceraian dan perkembangan anak yang terganggu mungkin untuk terjadi pada keluarga dengan hoarding disorder.

Berikut ini gejala penderita hoarding disorder sebagaimana mengutip laman alodokter.com, Sabtu (26/6/2021):

- Sulit untuk membuang barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan.
- Merasa resah saat membuang barang, bahkan merasa marah/tersinggung bila timbunan barang miliknya dibersihkan atau dibuang.
- Curiga jika orang lain menyentuh barang miliknya.
- Terus menambah atau membeli barang dan menyimpan barang bekas yang tidak ia butuhkan, meskipun tidak ada lagi ruang tersisa di dalam rumah.
- Cenderung perfeksionis, sulit memutuskan sesuatu, kesulitan dalam mengorganisasi dan merencanakan hal, sering menghindar, dan menunda-nunda.

Baca Juga: Wajib Tahu! Ini Ketentuan Isolasi Mandiri dari Kemenkes

Penyebab hoarding disorder sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, ada tipe orang tertentu yang lebih berisiko menjadi penimbun atau hoarder. Antara lain adalah:

- Pernah mengalami peristiwa traumatis, seperti ditinggal orang yang dicintai.
- Pernah mengalami musibah.
- Memiliki anggota keluarga yang juga menderita hoarding disorder.

Selain kondisi tersebut, kelainan ini juga dapat berhubungan dengan pengabaian diri, yaitu pada orang-orang dengan kondisi tertentu seperti tidak menikah dan atau hidup sendiri, masa kecil yang suram, atau dibesarkan dalam rumah yang berantakan. Menimbun barang seolah menjadi satu-satunya cara bagi penderita hoarding disorder untuk merasa aman dan tenang.

Kebiasaan menimbun barang juga dikaitkan dengan perilaku buruk lain, seperti kecanduan belanja. Gangguan fungsi otak dan kelainan genetik juga mungkin untuk menjadi pemicunya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya