SOLOPOS.COM - Kasat Binmas Polres Karanganyar, AKP Suwarsi, memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada siswa dari tiga sekolah di Kerjo, Jumat (9/2/2018). (Istimewa/Dokumentasi Polres Karanganyar)

Peristiwa perkelahian pelajar Kerjo, Karanganyar, yang videonya viral di medsos berakhir damai.

Solopos.com, KARANGANYAR — Kasus perkelahian antarpelajar dari tiga sekolah di Kerjo, Karanganyar, diselesaikan secara damai pada Kamis (8/2/2018) malam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polres Karanganyar memanggil enam orang pelajar yang diduga pelaku pengeroyokan, korban pengeroyokan, orang tua masing-masing pelajar, dan perwakilan sekolah. Polisi memediasi kedua pihak yang terlibat pengeroyokan di hutan karet di Dusun Ngasem, Desa Karangrejo, Kerjo, itu.

Pengeroyokan terjadi pada Selasa (6/2/2018) pukul 14.30 WIB. Solopos.com menerima pesan melalui aplikasi Whatsapp dari sejumlah orang. Pesan itu berupa video aksi pengeroyokan sejumlah pelajar mengenakan seragam putih biru terhadap seorang pelajar.

Video berdurasi dua menit itu beredar di media sosial pada Kamis (8/2/2018). Sejumlah remaja menempeleng, menendang, dan memukul pelajar lainnya. Pada video, korban duduk di tanah sembari meminta ampun. Akibat kejadian itu korban mengalami luka memar di beberapa bagian tubuh.

Baca:

“Polsek Kerjo patroli cyber dan mendapatkan video itu, ditindaklanjuti dan koordinasi dengan Satuan Reskrim. Kami bantu identifikasi kendaraan dan milik siapa. Kami panggil orang-orang di video ada 20 orang. Semalam [Kamis malam], kami mediasi korban dan enam orang pelaku anak. Orang tua masing-masing pihak dan sekolah,” kata Kasat Reskrim Polres Karanganyar, AKP Purbo Ajar Waskita, mewakili Kapolres Karanganyar, AKBP Henik Maryanto, saat ditemui wartawan di Mapolres, Jumat (9/2/2018).

Sesuai hasil mediasi itu, korban dan keluarganya tidak akan menuntut pelaku ke jalur hukum. Mereka menyelesaikan secara musyawarah kekeluargaan. Menurut pengakuan pelaku pengeroyokan, kejadian bermula karena salah paham.

Sebelum kejadian, korban mengendarai motor dan melintas di depan salah satu pelaku. Menurut pelaku, korban memainkan gas motor atau mblayar.

“Ada banyak di video, tetapi yang mengeroyok hanya enam anak. Menurut cerita karena salah paham, tersinggung lalu mengajak temannya mengeroyok korban. Korban [pelajar SMPN 3 Satu Atap Kerjo] datang minta maaf tetapi malah dikeroyok. Korban tidak tahu kalau mau dikeroyok,” tutur dia.

Polisi menyelesaikan kasus itu lewat mediasi dan berakhir damai dengan pertimbangan pelaku dan korban masih di bawah umur. Setelah mediasi, anggota Satuan Binmas Polres Karanganyar dan Satlantas Polres Karanganyar datang ke tiga sekolah, yakni SMPN 2 Kerjo, SMP Muhammadiyah 5 Kerjo, dan SMPN 3 Satu Atap Kerjo pada Jumat (9/2/2018) pagi.

Kasat Binmas Polres Karanganyar, AKP Suwarsi, mengumpulkan seluruh siswa di halaman sekolah. Mereka diminta belajar sungguh-sungguh dan menghindari berbagai bentuk kenakalan remaja. Suwarsi mengajak pelajar tidak melakukan perundungan di dunia maya maupun dalam kehidupan sehari-hari.

“Pembinaan dan penyuluhan di SMPN 3 Satu Atap Kerjo, SMPN 2 Kerjo, dan SMP Muhammadiyah 5 Kerjo. Terkait kejadian kemarin [pengeroyokan]. Kami ingatkan yang bisa menata masa depan adalah pelajar sendiri. Kami hanya bisa mendampingi dan mengingatkan. Tingkatkan iman dan takwa kepada Tuhan dan bergabung dengan komunitas yang positif. Ujaran kebencian dan hoax itu harus diputus. Jangan malah disebarkan,” tutur Kasat Binmas Polres Karanganyar, AKP Suwarsi, mewakili Kapolres Karanganyar, AKBP Henik Maryanto, Jumat.

Sementara itu, Kepala SMP Muhammadiyah 5 Kerjo, Sutar, menyampaikan guru dari tiga sekolah sudah berkumpul pada Kamis. Saat itu, seluruh guru berkumpul untuk mengenali siswa yang ada di video tersebut. Hasil pertemuan dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

“Harapan kami kejadian kali pertama itu tidak terulang. Ini pembelajaran untuk anak-anak. Mudah-mudahan anak-anak lebih hati-hati menggunakan media sosial. Sekolah tidak memperbolehkan siswa membawa handphone. Satu pekan sekali, kami mengoperasi tas. Kejadian itu di luar jam pelajaran dan tidak di lingkungan sekolah,” tutur Sutar.

Kejadian bermula dari salah satu siswanya memasang status pada aplikasi Whatsapp. Dari situlah video beredar. Tetapi, Sutar menyampaikan siswa yang memasang status itu bukan orang yang menyebarkan ke media sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya