SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR — Isu politik uang menyebar melalui aplikasi percakapan instan menjelang hari pencoblosan pemilihan kepala desa (pilkades) serentak Karanganyar yang akan digelar di 145 desa pada Rabu (20/2/2019). Para calon kades (cakades) yang berkompetisi pun membantah melakukan politik uang.

Informasi yang diterima Solopos.com, isu politik uang muncul di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso. Warga menangkap sejumlah orang yang nekat membagikan uang saat masa tenang Pilkades. Dalam video dan sejumlah foto yang diterima Solopos.com melalui pesan Whatsapp, warga memamerkan beberapa lembar uang pecahan Rp50.000 ditata di meja.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sementara itu, salah satu calon Kades Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Sudrajat, menyampaikan keprihatinan saat ditanya tentang video yang beredar secara berantai melalui Whatsapp. Dia menegaskan tak menggunakan politik uang.

“Iya tahu info itu. Ya biarkan. Saya enggak pakai apa-apa. Pakai kinerja saja dan program sesuai visi misi. Saya yakin warga tidak akan bisa dibeli dengan uang,” tutur dia, Selasa (19/2/2019).

Ketua Panitia Pilkades Wonorejo, Badiyanto, menyampaikan mendengar perihal kejadian tersebut. Tetapi dia menjelaskan hal itu tidak termasuk ranah panitia pilkades.

“Saya juga dengar tapi bukan ranah kami. Itu ditangani Polsek. Kami kan hanya mengimbau tidak boleh membagikan uang. Bagaimana kelanjutan, seperti apa ada prosedur,” jelas dia saat dihubungi Solopos.com.

Seorang calon kades Jaten, Kecamatan Jaten, Harga Satata, mengklaim tidak menggunakan politik uang untuk merebut simpati warga. Harga adalah seorang calon kades baru. Menurutnya, politik uang tidak bisa dilakukan karena jumlah warga Jaten banyak dengan tingkat pendidikan tinggi dan kesejahteraan cukup baik.

“Kalau daerah lain mungkin bisa saja. Tetapi kalau di sini sepertinya kok tidak [politik uang]. Kalau saya dan tim pilih strategi pendekatan kepada warga dan menyerap aspirasi,” tutur dia saat dihubungi Solopos.com.

Hal senada disampaikan sejumlah calon kades incumbent. Rata-rata mereka mengandalkan capaian kerja periode sebelumnya. Mereka mengaku tidak memiliki dana untuk bagi-bagi uang. Calon Kades Karang, Kecamatan Karangpandan, Dwi Purwoto, menyampaikan optimistis warga akan menggunakan hak pilih dan memilih dengan bijak.

“Ada sukarelawan yang kerja. Ya tetap antisipasi orang dari luar memperkeruh suasana di sini. Kami awasi. Modal saya sosial. Kalau masih suka dengan saya Alhamdulillah. Pakai cara halal saja,” tutur dia saat dihubungi Solopos.com.

Hal senada disampaikan calon Kades Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Suparno. Lelaki berperawakan kurus itu terkekeh saat ditanya apakah menggunakan strategi politik uang menjelang pilkades alias serangan fajar.

“Duit darimana? Kalau incumbent itu rata-rata mengandalkan hasil kerja periode kemarin. Tidak ada serupiah pun yang saya keluarkan. Ra ana duit iki. Sak juta we ora nyekel,” tutur dia.

Hal senada disampaikan calon incumbent di Desa Sumberejo, Kecamatan Kerjo, Sutopo. Dia mengklaim menggunakan cara terhormat atau tidak mengandalkan uang dan barang lain kepada warga. “Saya tidak akan membeli suara dengan barang maupun uang. Kami ingin mendidik masyarakat tidak bisa dibeli,” ujar dia.

Sementara itu, Kapolsek Jatiyoso, Iptu Subarkah, mewakili Kapolres Karanganyar, AKBP Catur Gatot Efendi, menyampaikan anggota polsek berpatroli menjelang pilkades di Karanganyar. Secara tersirat, Subarkah mengungkapkan bahwa temuan itu bukan ranah polisi. Tetapi, dia menyampaikan polisi akan memproses secara hukum apabila ada laporan warga.

“Kalau ada yang melapor, ya tetap kami proses. Ada pelapor, terlapor kami buatkan laporan polisi. Kami siap mendukung pilkades,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya