SOLOPOS.COM - Video latihan menembak dengan senjata yang disebut RPG (Instagram/@tni_indonesia_update)

Polri belum bisa memastikan siapa orang-orang berseragam hijau yang menggunakan senjata mirip RPG dalam video yang viral belakangan.

Solopos.com, SOLO — Belum usai polemik lontaran Panglima TNI soal isu impor 5.000 senjata ilegal oleh institusi non-TNI, kini muncul lagi polemik baru soal penggunaan senjata yang disebut-sebut sebagai granat berpeluncur roket (RPG).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Polemik itu terkait sebuah video uji coba penggunaan senjata pelontar granat dengan yang belakangan viral di media sosial. Dalam video itu, senjata itu digunakan oleh sekelompok orang berseragam, namun bukan seragam TNI. Video ini diunggah oleh akun Instagram @tni_indonesia_update, Selasa (27/9/2017).

“Ada yang bisa jelaskan video ini? Apa kontijensinya mereka harus memiliki senjata sejenis RPG, apakah mereka ingin melawan militer?” sebut admin akun tersebut dalam keterangan tertulis yang menyertai video itu.

Keterangan tertulis itu menghubungkan video tersebut dengan lontaran Panglima TNI soal pengadaan senjata untuk institusi nonmiliter yang belakangan menjadi polemik. “Ucapan Panglima TNI ternyata benar dan video ini mematahkan keterangan yang mengatakan tidak ada pengadaan senjata yang bisa menembak pesawat, kapal dan tank oleh salah satu institusi di negeri ini,” tulis akun itu.

Meski demikian, tak ada penjelasan resmi lebih detail senjata dalam video tersebut selain disebut sebagai RPG. Menanggapi isi video tersebut, Polri menyatakan hal itu perlu diklarifikasi.

“Seragamnya kan warna hijau, sama dengan seragam tentara,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto saat dihubungi Tempo, yang dikutip Solopos.com dari Tempo.co.

Karena itu, Polri, kata Setyo, belum bisa memastikan apakah sekelompok orang dalam video tersebut merupakan anggota Polri atau bukan. Dia juga akan meminta informasi kepada Komandan Koordinasi Brimob.

Jauh sebelum video ini beredar, penggunaan senjata pelontar granat infanteri (PGI) oleh nonmiliter sebenarnya sudah pernah tercatat dalam pemberitaan. Dalam sebuah berita berjudul Polri Terjunkan Brimob Gerilya Anti Gerilya untuk Buru Teroris yang diterbitkan Beritasatu.com pada Selasa 30 Oktober 2012, disebutkan penggunaan PGI.

Berdasarkan informasi berita tersebut, untuk operasi perburuan jaringan teroris Poso yang waktu itu dipimpin Santoso, Polri mengirimkan gelombang pertama peleton tempur Brimob Kelapa Dua, Depok, yang berkualifikasi Gerilya Anti Gerilya (GAG), ke Poso, Selasa (30/10/2012), dari Jakarta.

“‘Ada 32 orang yang berangkat, Mas. Senjata yang dibawa juga siap tempur, (yaitu) M14 dan Glock. Juga ada sniper dan senjata jenis PGI. Ini peleton bentukan Kepala Korps Brimob (Irjen) Syafei Aksal,’ kata sumber di lingkungan Mabes Polri, saat dihubungi hari ini.’ tulis berita itu.

Sebenarnya, pelontar granat ada berbagai macam. Selain RPG, ada juga pelontar granat yang terintegrasi pada senapan serbu, misalnya M-203 yang dipasangkan dengan M-16. Di dalam negeri, Pindad juga memiliki produk serupa, yaitu SPG-1A yang dipasangkan dengan senapan SS-1.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya