SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Erupsi Gunung Anak Krakatau menjadi penyebab terjadinya tsunami Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018), malam. Bencana tersebut merenggut ratusan nyawa dan menghancurkan berbagai bangunan di kawasan Lampung dan Banten.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi hampir setiap hari sejak Juni 2018. Melalui akun Twitter pribadinya, @Sutopo_PN, Senin (24/12/2018), Sutopo mengunggah video erupsi Gunung Anak Krakatau.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

“Erupsi Gunung Anak Krakatau yang terpantau dari pesawat Grand Caravan Susi Air pada Minggu (23/12/2018). Hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau erupsi sejak Juni 2018. Erupsinya tidak besar. Status waspada (level 2). Zona berbahaya di dalam radius dua kilometer. Jalur pelayaran aman,” tulis Sutopo.

Video viral tersebut memperlihatkan kepulan asap hitam yang membumbung tinggi menyelimuti Gunung Anak Krakatau. Diberitakan Solopos.com sebelumnya, Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda adalah gunung api strato tipe A dan merupakan gunung api muda yang muncul dalam kaldera. Kaldera itu terbentuk pasca-erupsi paroksimal pada 1883 lalu dari kompleks vulkanik Krakatau. Aktivitas erupsi pasca-pembentukan dimulai sejak 1927 saat tubuh gunung api itu masih di bawah permukaan laut.

Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak 2013. Sejak saat itu dan hingga kini Gunung Anak Krakatau berada dalam fase konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar). Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut (pengukuran September 2018). Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi ekplosif lemah (strombolian) dan erupsi epusif berupa aliran lava.

Pada 2016 letusan terjadi pada 20 Juni 2016, sedangkan pada 2017 letusan terjadi pada 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian. Gunung Anak Krakatau kembali meletus sejak 29 Juni 2018 sampai saat ini berupa letusan strombolian. Letusan pada 2018 diawali munculnya gempa tremor dan penigkatan jumlah gempa hembusan dan low frekuensi pada 18-19 Juni 2018.

Jumlah gempa embusan terus meningkat dan akhirnya pada tanggal 29 Juni 2018 G. Anak Krakatau meletus. Lontaran material letusan sebagian besar jatuh di sekitar tubuh Gunung Anak Krakatau atau kurang dari 1 km dari kawah, tetapi sejak tanggal 23 Juli teramati lontaran material pijar yang jatuh di sekitar pantai, sehingga radius bahaya Gunung Krakatau diperluas dari 1 kilometer menjadi 2 kilometer dari kawah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya