SOLOPOS.COM - Banteng Vastenburg Solo (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO — Penyelenggaraan karnaval selama ini identik dengan nuansa meriah, megah, serta menampilkan busana yang glamor dan menonjol. Namun konsep karnaval yang hanya bisa dijangkau segelintir kalangan tersebut dipandang usang oleh Konseptor sekaligus Program Director Vastenburg Carnival, Heru Prasetya.

Kegiatan yang dihelat di Benteng Vastenburg, Jumat-Sabtu (6-7/6/2014), bakal dibuat berbeda dengan karnaval kebanyakan, dengan cara mengakomodasi berbagai elemen masyarakat di Solo. Sekitar 100 orang dari Red Batik Indonesia, anak-anak Panti Asuhan Pamardi Yoga Solo, perwakilan Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo, hingga anak-anak Sanggar Seni Semarak Candra Kirana akan memeriahkan gelaran tersebut.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Semua komponen akan kami ajak serta. Kami wujudkan karnaval yang mewakili budaya di sekitar benteng, anak panti asuhan, hingga difabel kami ikut sertakan. Kami berharap kreativitas bisa menyentuh sisi kemanusiaan dan punya kepedulian pada sesama,” terang Heru, di sela sesi pemotretan kostum Vastenburg Carnival di Pool Side The Sunan Hotel Solo, Minggu (1/6/2014).

Heru menjelaskan konsep puncak gelaran karnaval bertema Bamboo, It’s My Costume tersebut akan mengeksplorasi setiap sudut Benteng Vastenburg. “Sebagian peserta karnaval akan menampilkan kostum dari atas benteng melalui empat jalur penghubung dengan panggung utama. Kami juga membuat jalan khusus bagi peserta difabel,” urainya.

Menurut Heru, kostum rancangan yang akan digunakan dalam karnaval akbar nanti telah selesai dipersiapkan peserta melalui 20 workshop yang digelar di sejumlah. Salah satunya kostum rancangan Ali Imron, 27.

Selembar kain batik berwarna merah menyala disulap menjadi setelan berpotongan Changshan. Hiasan jalinan bambu berwarna merah, biru, kuning, dan jingga, yang membentuk serupa bunga teratai melapisi bagian dada. Sementara di bagian belakangnya, terbentang enam gulung jalinan bambu yang dibuat dengan bentangan satu meter.

Kostum kreasi lelaki asal Aceh tersebut merepresentasikan budaya etnis Tionghoa. Pengalamannya mengikuti karnaval di Solo sebelumnya, membuat dia tergerak mengikuti karnaval baru ini.

“Idenya unik, karnaval dengan kostum berbahan bambu. Kalau dulu saya bikin kostum bisa habis Rp3 juta, dengan kostum berbahan material di pasar tradisional ini, saya bisa mewujudkan kreativitas dengan Rp400.000. Murah dan bisa lebih bebas berkreasi,” kata Ali, saat ditemui wartawan di sela sesi pemotretan.

Menurut lelaki asal Aceh ini ide pembuatan kostumnya disesuaikan dengan budaya Tionghoa.  “Saya pakai warna dasar merah. Untuk desain bagian badan, saya terinspirasi dari [pose] Dewi Kwan Im yang sedang bertapa,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya