SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO--Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Solo mengakui kesulitan mengatasi para pelaku pencoret-coret tembok dan pagar di tempat umum dan pagar-pagar rumah warga. Selama ini, tidak ada operasi di malam hari untuk mengatasi aksi pelaku hingga kini semakin meresahkan masyarakat itu.

Kasi Penegakan Perda Satpol PP Solo, Agus Hadiyatmo saat ditemui solopos.com di kantornya, Rabu (13/11), menjelaskan selama ini pihaknya hanya mengandalkan laporan dari masyarakat ketika ada pelaku coret-coret. Ia mengatakan belum ada sanksi hukuman bagi para pelaku vandalisme yang tertangkap.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Pelaku memang sulit ditemukan karena dilakukan pada malam hari, dan operasi Satpol PP sendiri hanya dilakukan pagi hingga sore hari, selama ini tidak pernah dilakukan pada malah hari,” jelasnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Ia mengatakan pelaku coret-coret yang tertangkap hanya diberi pembinaan dan mengisi surat yang menyatakan berjanji tidak akan mengulangi aksinya tersebut dan akan diproses secara hukum jika kembali tertangkap tangan. “Belum tahu sanksinya dan hukumannya seperti apa, selama ini cuma dibina, mengisi surat pernyataan dan dilepaskan,” ujarnya.

Padahal, untuk menekan maraknya aksi coret-coret tersebut, pihaknya telah memberi ruang khusus misalnya dinding pembatas di area Stasiun Purwosari sisi Barat. Namun, ia memperkirakan aksi tersebut dilakukan oleh grafity-grafity liar penanganannya harus dengan tangkap tangan.

Salah seorang mantan ketua komunitas boomber [sebutan bagi pelaku coret-coret], Iman Santosa kepada Espos mengakui belakangan terakhir banyak sekali pemain-pemain baru yang sulit untuk dikoordinasikan. Menurutnya, hal tersebut bisa diatasi tergantung dari pihak Satpol PP mengenai bisa atau tidaknya pelaku-pelaku tersebut di ajak mediasi.

“Mereka memang sulit diatasi, semua itu tergantung Satpol PP-nya saja bagaimana cara mengajak mereka untuk mediasi, yang jelas mereka butuh ruang. Kalau tidak diatasi, saya yakin mereka akan mencoret-coret di sembarang tempat yang kosong,” paparnya.

Setiap wilayah, lanjut Iman, pasti ada komunitas boomber-nya. Jika pihak Satpol PP bisa memegang kepala komunitasnya, aksi-aksi tersebut bisa diatasi. “Mereka itu pintar, sebelumnya mereka sudah cek situasi dulu, target mereka itu public space di pemerintahan dan tempat umum, dan ada kepuasan tersendiri jika berhasil menggambar daerah tersebut,” jelasnya.

Salah satu showroom mobil di Jl. Dr. Radjiman, Laweyan menjadi korban aksi tersebut. Pagar pintu tempat tersebut sudah berisi tulisan dari cat semprot. Padahal, belum ada satu bulan pintu gerbang showroom itu baru dicat ulang.
“Sudah lebih dari lima kali kami mengecat ulang pintu ini, baru beberapa hari lalu sudah ada satu tulisan lagi,” ujar karyawan showroom, Andi Purnomo, 32.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya