SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo disuntik dosis pertama vaksin Covid-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021). (Antara/Setpres-Agus Suparto)

Solopos.com, JAKARTA – Pesan berantai di media sosial menyebut vaksinasi Covid-19 yang dilakukan Presiden Jokowi gagal viral di media sosial. Dalam pesan itu tertulis nama seorang dokter yang menyimpulkan proses vaksinasi gagal dan harus diulang.

Menanggapi hal tersebut Ketua Satgas Covid-19 dari IDI, Prof Zubairi Djoerban angkat bicara. Melalui akun Twitter-nya dia mengatakan pesan berantai itu tidak benar. Pesan berantai itu mengatakan bahwa suntikan vaksin Sinovac semestinya menembus otot, sehingga penyuntikan harus dilakukan dengan tegak lurus atau 90 derajat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dokter dalam pesan berantai itu mengatakan vaksinasi yang dilakukan Jokowi gagal. Sebab, vaksin tidak menembus otot karena proses penyuntikannya tidak 90 derajat. Sehingga vaksin itu dianggap tidak masuk ke aliran darah atau hanya sampai di kulit atau di bawah kulit.

Hujan Abu Turun di Wilayah Musuk Boyolali

Cek Fakta

Faktanya, Zubairi Djoerban mengatakan menyuntik vaksin ke tubuh tidak harus selalu tegak lurus. Hal tersebut disampaikan melalui akun Twitter-nya, @ProfesorZubairi.

"Jawabannya tidak benar. Sebab, menyuntik itu tidak harus selalu tegak lurus dengan cara intramuskular. Itu pemahaman lama alias usang dan jelas sekali kepustakaannya. Bisa Anda lihat di penelitian berjudul "Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat", tulisnya seperti yang dilihat dilansir Detik.com, Selasa (19/1/2021).

Zubairi juga menjelaskan penelitian tentang persyaratan sudut 90 derajat untuk injeksi intramuskular tidak realistis.

"Artinya, apa yang dilakukan Profesor Abdul Muthalib sudah benar. Tidak diragukan," ujarnya lagi.

Misteri Alas Purwo, Ibu Kota Alam Gaib Indonesia

Pesan berantai soal vaksinasi Jokowi gagal juga menyinggung tentang risiko Antibody Dependent Enhancement (ADE). ADE adalah kondisi virus mati di dalam vaksin masuk ke jaringan tubuh lain dan menyebabkan masalah kesehatan.

Namun faktanya dalam uji klinis vaksin Sinovac I, II, dan III, tidak ada kasus ADE yang terjadi. Selain itu, ukuran jarum suntik yang dipakai dalam proses vaksinasi juga ditentukan oleh dokter dengan pertimbangan tertentu.

"Lebih jauh lagi. Apakah tubuh kurus dan tidak punya pengaruh dengan ukuran jarum suntik? Ya kalau obesitas berlebihan tentu jaringan lemaknya banyak. Jadi untuk masuk ke otot jadi lebih sulit. Dokter yang nantinya bisa menilai ukuran jarum suntik itu ketika akan divaksin," jelasnya.

Sanggomo, Kampungnya Para Pekerja Bor Sumur di Wonogiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya