SOLOPOS.COM - Ilustrasi vaksin Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Vaksin tiba di Tanah Air dan tinggal menunggu emergency use authorization dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun, keberadaan vaksin emergensi ini tidak lantas mengakhiri pandemi. Dengan demikian, disiplin atas protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari masih dibutuhkan untuk mencegah penularan Covid-19.

Protokol kesehatan itu meliputi memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir. Pelaksanaan 3M itu terbukti menekan potensi penularan virus yang menyebar melalui droplet atau benda-benda yang terkontaminasi. Virus itu masuk melalui mata, hidung, dan mulut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Jangan abai protokol kesehatan meski sudah ada vaksin. Justru sekarang kita harus siap bagaimana hidup berdampingan dengan Covid itu sendiri,” kata Kasubbid Tracking Satgas Covid 19, dr. Kusmedi Priharto, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (8/12/2020).

Ada sejumlah kebiasaan baru yang harus terus dilakukan dan diperkuat oleh masyarakat. Sebagai contoh misalnya pemberian tanda hijau di pakaian sebagai tanda saat masuk ke gedung. Tanda hijau mengindikasikan risiko penularan rendah lantaran seseorang melaksanakan protokol kesehatan misalnya bepergian menggunakan kendaraan pribadi dan sendiri.

Risiko ini akan berbeda ketika seseorang melakukan perjalanan menggunakan angkutan umum atau pergi secara beramai-ramai dalam mobil. Risiko ini cenderung lebih tinggi.

Untuk menekan penularan, lanjut Kusmedi, masyarakat bisa membiasakan diri melakukan transaksi nontunai saat belanja di pasar atau pusat-pusat perbelanjaan. Begitu pulang, masyarakat harus membiasakan diri mandi terlebih dahulu dan mengganti seluruh pakaian sebelum berkumpul bersama keluarga di rumah.

“Kita juga harus memposisikan diri kita dan orang lain sebagai OTG [orang tanpa gejala]. Dengan demikian, seseorang akan selalu sadar untuk menjaga jarak, memakai masker, dan protokol kesehatan lainnya,” ujar dia.

Kabar Duka: Wakil Ketua DPRD Boyolali Moh. Basuni Meninggal Dunia

Sangat Terbatas

Di sisi lain, keberadaan vaksin emergensi sangat terbatas dari segi jumlah. Akibatnya, masih ada orang-orang yang harus tetap menjaga diri agar tidak tertular dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

“Kami orang-orang kesehatan tidak bisa sendiri menyelesaikan Covid. Kami butuh partisipasi masyarakat. Menjaga dirinya sendiri agar tidak tertular. Kita bisa saling kerja sama,” kata Kusmedi.

Kabid Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Masdalina Pane, mengatakan vaksin merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberi perlindungan ketika seseorang terinfeksi atau mencegah infeksi yang parah. Selain vaksin, masyarakat juga harus tetap menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.

Menurut Masdalina, peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi beberapa pekan terakhir mengindikasikan peningkatan kemampuan tes mendekati standar WHO. Dengan demikian, penemuan kasus Covid-19 bisa dilakukan sedini mungkin dalam kondisi ringan. Apabila seseorang ditemukan dalam kondisi berat atau parah justru akan lebih sulit penatalaksanaannya di rumah sakit.

“Ada program contact tracing, kita mencari sebanyak mungkin kontak erat dan memantau selama 14 hari. Pemantauan ini yang kadang menemukan kasus baru. Tapi tidak masalah selama dalam kondisi ringan bahkan tanpa gejala sehingga tidak harus ke rumah sakit,” kata dia.

Solopos Hari Ini: Soloraya Masih Merah

Edukasi

Tak hanya itu, edukasi dan memberikan akses kepada masyarakat harus terus dilakukan. Selama 10 bulan pandemi menunjukkan masyarakat cukup memahami apa yang harus dilakukan di tengah pandemi. Namun, itu harus diimbangi dengan penyediaan akses yang besar kepada masyarakat.

“Misal pakai masker standar kan tidak murah dan mudah. Pemerintah memberi akses kepada masyarakat agar masker murah dan mudah. Sebab, masyarakat butuh masker sehari lebih dari satu karena setiap empat jam ganti,” ujar Masdalina.

Strategi lain yang bisa dilakukan pemerintah yakni dengan mengintervensi penanganan pada daerah-daerah dengan jumlah kasus yang tinggi. Prioritas ini tentu dengan tidak mengabaikan daerah-daerah dengan kasus yang rendah. Saat ini diperkirakan ada 50-60 kabupaten/kota dengan kasus yang tinggi di Indonesia.

“Strategi tidak bisa single strategy. Vaksin salah satu strategi. Sebanyak apapun kasus dilakukan isolasi dan karantina yang disiplin. Isolasi tertangani baik tapi karantinanya? Harus di rumah 14 hari walau tidak ada pemeriksaan swab karena tidak ada gejala. Swab dilakukan kepada yang punya gejala,” kata Masdalina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya