SOLOPOS.COM - Widya Ristanti (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Pemeringkatan sekolah melalui jalur ujian tulis berbasis komputer (UTBK) 2022 telah dirilis oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) pada akhir Agustus 2022 lalu. Dari 23.657 sekolah yang mengikuti UTBK, lembaga tersebut menyusun peringkat 1.000 sekolah yang memiliki peserta dengan skor tertinggi pada tes tersebut.

Walaupun metode penghitungan yang telah ditetapkan oleh lembaga tersebut bukan satu-satunya metode yang bisa dipakai, setidaknya kita mendapatkan gambaran tentang profil sekolah. Rilis tersebut sebenarnya merupakan hal yang ditunggu-tunggu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menghapus ujian nasional pada 2020, secara otomatis pemeringkatan tersebut merupakan satu-satunya publikasi penilaian yang dilakukan oleh lembaga resmi tingkat nasional.

Walaupun setiap tahun peringkat tersebut berubah, ada satu kontradiksi yang terlihat ketika hasil tersebut dirilis. Sekolah yang mengalami kenaikan peringkat dari tahun lalu akan gembira, berkebalikan bagi sekolah yang mengalami penurunan peringkat.

Naik atau turunnya peringkat berbasis UTBK bukan sebuah kemustahilan. Ibarat cakra manggilingan atau roda yang berputar, peringkat bukanlah suatu hal yang pasti. Hal tersebut bisa berubah tergantung dengan faktor penyebabnya. Oleh sebab itu, euforia dan kesedihan tidak perlu berlarut-larut.

Terlepas dari pemeringkatan sekolah tersebut, ada satu hal menarik yang menjadi perhatian penulis ketika menyimak konferensi pers yang diselenggarakan wakil LTMPT. Wakil Ketua II LTMPT, Eduart Wolok, menyampaikan keprihatinan terhadap kemampuan peserta tes ketika mengumumkan skor subtes pemahaman bacaan dan menulis (PBM).

”Kalau kita lihat di sini untuk komponen ke-4, pemahaman bacaan dan menulis, ini mendapat skor terendah. Tentu ini memang sejalan dengan upaya kita tentang dengan literasi membaca, menulis, dan matematika memang harus kita tingkatkan,” kata Eduart.

Pernyataan keprihatinan tersebut disampaikan karena skor minimum peserta pada tes potensi skolastik (TPS)  pada komponen tes pemahaman bacaan dan menulis (PBM) memang paling rendah, yakni 159,91.  Adapun skor minimum subtes lain, yakni penalaran umum 172,94, pengetahuan kuantitatif 297,75, dan pengetahuan dan pemahaman umum 167,63.

Pernyataan tersebut tidaklah salah. Berdasarkan data, skor peserta pada subtes PBM memang paling rendah, tetapi apabila kita tilik dari nilai rata-rata semua subtes TPS, skor rata-rata yang diperoleh peserta tes tidak jauh berbeda.

Perincian skor rata-rata tes yang masuk dalam rumpun TPS tersebut adalah penalaran umum 500,00; pengetahuan kuantitatif 499,99; pengetahuan dan pemahaman umum 500,00; dan pemahaman bacaan dan menulis 500,00.

Rata-rata skor tiap subtes TPS bisa dikatakan berada pada tingkat sedang. Mengapa? Rata-rata skor tersebut berada pada titik median. Dengan demikian, rata-rata skor bisa dikatakan tidak tinggi dan tidak pula rendah. Sedang-sedang saja, begitu bunyi lirik lagu dangdut pada era 1980-an.

Mencermati kembali pernyataan Ketua II LTMPT di atas, benarkah skor UTBK pada subtes PBM dapat digunakan untuk acuan upaya peningkatan literasi? Menilik laman www.ltmpt.ac.id, TPS yang di dalamnya terdapat subtes PBM digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang dianggap penting untuk keberhasilan di sekolah formal, khususnya pendidikan tinggi.

Hal tersebut erat kaitannya dengan penggunaan sarana berpikir ilmiah. Suriasumantri (2007) mengungkapkan berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Setiap manusia dapat menggunakan sarana berpikir ilmiah yang meliputi tiga hal, yaitu bahasa, matematika, dan statistika.

Melihat keterkaitan tersebut, wajar apabila pembuatan soal UTBK mempunyai tujuan memprediksi kesuksesan studi calon mahasiswa. Tinggi rendahnya skor TPS dianggap berkorelasi dengan kesuksesan studi. Hal tersebut digeneralisasi pada soal PBM.

Bahasa sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah perlu dikuasai oleh setiap orang. Untuk menguji penguasaan hal tersebut, soal PBM pada subtes membaca disusun untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam membaca, mencermati, serta memahami isi teks secara utuh.

Umumnya, stimulus yang disajikan berupa teks bacaan yang terdiri atas beberapa paragraf. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada umumnya seputar judul bacaan atau melengkapi kalimat dengan kata yang tepat.

Apabila soal tersebut diklasifikasi dengan menggunakan taksonomi Bloom, kita akan mendapati bahwa soal-soal tersebut digunakan untuk kemampuan kognitif tingkat sedang. Belum menyentuh ranah higher order thinking skill atau HOTS.

Bagaimana dengan soal tentang kemampuan menulis? Soal-soal yang keluar cenderung berupa soal aplikatif yang berkaitan dengan kaidah kebahasaan. Peserta ujian diminta menganalisis dan memutuskan kaidah kebahasaan yang tepat untuk menyunting suatu teks.

Kaidah kebahasaan ini berkaitan dengan penggunaan huruf kapital, kata baku, tanda baca, penulisan bahasa asing. Kata ”menyunting” merupakan kata kerja operasional tingkat tinggi, tetapi soal tersebut cenderung bersifat konseptual karena peserta ujian harus mengingat kembali suatu konsep yang telah dipelajari berkaitan dengan kaidah kebahasaan. Dengan demikian, soal menulis pada PBM [lagi-lagi] belum menyentuh ranah higher order thinking skill.

Mengolah Informasi

Suryaman (2011) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil studi internasional, kemampuan membaca siswa Indonesia tergolong rendah. Pernyataan tersebut diperkuat pula dengan rilis skor Programme International for Student Assessment (PISA) 2018 yang menunjukkan hasil kemampuan literasi siswa Indonesia belum memuaskan.

Rilis laporan rapor pendidikan 2022 menunjukkan bahwa skor capaian literasi rata-rata tingkat nasional untuk jenjang SMA berada pada angka 1,83. Sebuah capaian yang belum dapat dikatakan baik. Definisi literasi telah mengalami perkembangan. Literasi tidak lagi dipahami sebagai [sekadar] kemampuan membaca dan menulis.

Pada saat ini literasi merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup (KBBI daring, 2022). Frasa ”mengolah informasi dan pengetahuan” pada definisi tersebut menunjukkan hal penting berkaitan dengan kemampuan kognitif setiap individu untuk menindaklanjuti informasi yang didapat guna diimplementasikan dalam berbagai kepentingan di kehidupannya.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi telah melakukan upaya meningkatkan literasi dengan mengimplementasikan dalam pembelajaran. Literasi juga menjadi salah satu fokus perhatian dengan adanya asesmen kompetensi minimum (AKM). Literasi menjadi salah satu objek penilaian dalam pelaksanaan AKM.

Penyusunan soal AKM menggunakan indikator kemajuan pembelajaran (learning progression) yang disesuaikan dengan fase belajar. Indikator tersebut meliputi menemukan dan mengakses, menginterpretasikan dan mengintegrasikan, serta mengevaluasi dan merefleksikan.



Indikator menemukan dan mengakses digunakan untuk menguji keterampilan berpikir tingkat rendah. Indikator kedua, menginterpretasikan dan mengintegrasikan, digunakan untuk menguji keterampilan berpikir tingkat sedang. Adapun indikator terakhir, mengevaluasi dan merefleksikan, menjadi titik tekan untuk menguji keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Pada intinya, soal PMB UTBK dan literasi pada AKM memiliki kesamaan pada penggunaan stimulus yang bervariasi dari segi konten dan konteks, tetapi ada perbedaan mendasar pada tujuan yang diharapkan dari jabaran butir-butir soal yang diujikan.

Kiranya, fokus membelajarkan literasi untuk membentuk masyarakat berbudaya literasi tinggi benar-benar menjadi pemahaman bersama dari setiap pihak, baik dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 21 September 2022. Penulis adalah guru Bahasa Indonesia di SMAN 5 Kota Solo dan mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya