SOLOPOS.COM - Penukaran uang baru di Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY, Senin (12/6/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Beragam sektor terkena imbas dari momentum Lebaran

 
Harianjogja.com, JOGJA-Beragam sektor terkena imbas dari momentum Lebaran. Tidak hanya kuliner, bidang perjalanan wisata juga mendapat imbas baik karena permintaan konsumen untuk menggunakan jasa perjalanan wisata meningkat seusai Lebaran. Kondisi ini membuat bank banyak menerima uang dari masyarakat.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (Asita) DIY Udhi Sudiyono mengaku peningkatan permintaan armada untuk wisata mengalami peningkatan pasca Lebaran. Meski terjadi peningkatan tetapi peningkatan Lebaran tahun ini cenderung lamban karena terjadi bersamaan dengan libur sekolah.

Permintaan bukan pada awal liburan tetapi di tengah liburan dan akhir liburan. “Kalau [peningkatannya] 15 persen saya optimistis [sudah tercapai]. Kami tunggu sampai selesai,” katanya pada Harianjogja.com, Kamis (29/6/2017).

Kecenderungan pengguna jasa perjanan wisata adalah dari kalangan kelompok keluarga dan bukan grup besar seperti musim-musim libur lainnya.
Mereka cenderung hanya memesan hotel atau pesan mobil saja. Pemesan mulai meningkat untuk perjalanan H+1 Lebaran.

Pihaknya juga optimistis, setelah periode Lebaran, masih banyak wisatawan datang ke Jogja karena banyak orang tua dan anak didik yang bersekolah atau kuliah di Jogja. Banyaknya wisatawan yang datang ke Jogja secara langsung menambah pendapatan pekerja di sektor perjalanan wisata tersebut.

Udhi mengatakan, wisatawan saat ini sudah mulai beralih pada obyek wisata baru yang belum pernah mereka kunjungi.

“Gunungkidul masih menjadi favorit karena di sana banyak sensasi yang mereka [wisatawan] dapatkan. Sebagai contoh Goa Tanding, Pantai Pasir Putih, dan Nglanggeran. Sementara destinasi Candi Prambanan masih menjadi tempat favorit wisatawan yang belum pernah ke Jogja.

Dari kunjungan wisatawan itu, pundi-pundi rupiah banyak mengalir, baik yang diterima pengusaha jasa perjalanan wisata, pengelola obyek wisata, maupun unsur-unsur pendukungnya seperti tukang parkir.

Dari banyaknya uang yang diterima masyarakat, diprediksi akan banyak uang yang masuk ke bank untuk ditabung. Hal itu kemudian berpengaruh juga terhadap kegiatan bank-bank yang menyetorkan uangnya ke Bank Indonesia (inflow).

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY Budi Hanoto mengatakan, inflow atau bank setor artinya dunia usaha dan masyarakat di Jogja banyak menerima uang, baik dari Jogja maupun dari luar Jogja. “Kalau pengusaha, berarti banyak menerima hasil penjualan atau income,” katanya.

Tetapi filosofi itu tidak lagi sepenuhnya tergambarkan dari sisi uang tunai semata mengingat saat ini peranan transaksi nontunai semakin besar. Menurutnya, harus ada penggabungan antara transaksi tunai dengan nontunai.

Tren inflow berbanding terbalik dengan kondisi saat menjelang Lebaran atau masa Ramadan karena pada saat itu banyak bank yang menarik uang dari Bank Indonesia (outflow). Terlebih bank umum milik negara seperti Bank Mandiri, BRI, dan BNI maupun bank daerah seperti BPD DIY yang banyak menyerap uang di BI karena mereka melayani penarikan uang dari masyarakat yang memperoleh tunjangan hari raya (THR) dan Gaji ke-13.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya