SOLOPOS.COM - Adi kembali berjualan pentol di tepi jalan tembus Magetan-Tawangmangu di kawasan objek wisata Telaga Wahyu. (JIBI/Solopos/ Aries Susanto)

Usaha mandiri pria ini layak diacungi jempol. Setelah menimba pengalaman menjadi koki di rumah makan ternama di Jakarta, ia kini mengembangkan usaha mandiri di kampung halamannya.  

Madiunpos.com, MAGETAN – Adi Sidomulyo, demikian nama bapak ini. Ayah dua putra ini sejak sepuluh tahun silam memutuskan kembali ke kampung halamannya setelah melancong di Jakarta sebagai koki rumah makan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Di Jakarta, saya tujuh tahun menjadi juru masak ayam presto di rumah makan Ny Nita,” ujar Adi saat berbicang dengan Madiun Pos di kawasan objek wisata alam Telaga Wahyu Kecamatan Plaosan, Magetan, Selasa (5/5/2015).

Adi mengaku mendapatkan segudang ilmu dan pengalaman selama tujuh tahun  menjadi koki di Jakarta. Kerinduan akan kampung halaman rupanya terus mengetuk hatinya. Ia akhirnya memutuskan kebali ke kampung halamannya di Sidorejo Kecamatan Plaosan, Magetan dan memulai usaha baru bersama istrinya.

“Kalau kerja di Jakarta jauh dari anak istri rasanya gimana gitu. Lebih baik usaha di rumah, syukur berhasil,” ujarnya.

Upaya Adi merintis usaha di rumah rupanya diberi jalan lempang. Ia yang memang mahir mengolah menu masakan, akhirnya memulai usaha jualan ayam presto. Ia jajakan keliling dari satu SD ke SD lainnya. Tak dinyana, lidah warga di desanya ketagihan. Ia pun terus menambah jumlah masakan untuk memenuhi pembeli.

“Saya sehari bisa menjual habis 400 cakar ayam presto. Itu belum pentol baksonya,” jelasnya.

Dari usahanya itu, Adi bisa membeli sejumlah perabotan rumah tangga dan seisi rumah. Ia bahkan juga bisa mendirikan sebuah warung makan lesehan di area objek wisata Telaga Wahyu.

“Penghasilan bersih saya setiap hari saat itu rata-rata Rp400.000. Makanya, saya bisa membeli perkakas rumah, seperti TV, kulkas, motor, dan freezer  dan lain-lainnya,” kisahnya.

Namun, prahara itu datang di saat usahanya menanjak. Adi mengaku terkena ilmu gendam. Tanpa ia sadari, sebagian besar hartanya, termasuk warungnya, ia jual semua untuk menuruti kemauan seorang yang telah berbuat jahat kepadanya.

“Akhirnya saya enggak punya apa-apa lagi. Saya akhirnya mulai dari nol lagi, memulai usaha pentol di tepi jalan ini lagi,” ceritanya.

Adi tak patah semangat. Ia bangkit. Ia kembali menyingsingkan lengan bajunya, berjualan pentol dan cakar presto lagi, bersama istrinya di tepi jalan bersama motor bebeknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya