SOLOPOS.COM - Kondisi urban forest di Pucangsawit. Foto diambil Sabtu (26/1/2013). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Petugas kebersihan membersihkan rumput dan perdu yang tumbuh liar di taman urban forest, Pucangsawit, Solo, Senin (8/4/2013) setelah beberapa kali diterjang banjir Bengawan Solo. Diharapkan pada musim kemarau taman tersebut dapat digunakan sebagai sarana rekreasi kembali oleh warga (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Petugas kebersihan membersihkan rumput dan perdu yang tumbuh liar di taman urban forest, Pucangsawit, Solo, Senin (8/4/2013) setelah beberapa kali diterjang banjir Bengawan Solo. Diharapkan pada musim kemarau taman tersebut dapat digunakan sebagai sarana rekreasi kembali oleh warga (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Solopos.com, SOLO — Musim kemarau seperti saat ini membuat kondisi urban forest di bantaran Sungai Bengawan Solo makin tak karuan. Selain banyak tanaman yang layu, semak belukar tampak mengular di taman senilai hampir satu miliar rupiah tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kabid Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup (PKLH) Badan Lingkungan Hidup (BLH) Solo, Luluk Nurhayati, mengaku kewalahan mengurusi tiga urban forest yang dibangun pada kurun 2010-2012 tersebut.
Luluk menyebut keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas menjadi pengganjal perawatan taman hutan kota tersebut.

“Selama ini, kami hanya menyirami lahan urban forest dengan menyedot air Bengawan Solo menggunakan selang kecil. Itupun hanya lima orang, tidak sebanding dengan luas urban forest,” ujarnya saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Rabu (9/10/2013).

Luluk mengatakan, kondisi itu diperparah dengan nihilnya perhatian warga sekitar atas ruang terbuka hijau tersebut. Pihaknya mengakui upaya komunikasi dan sosialisasi ihwal perawatan taman mandiri hingga kini belum berhasil. Wacana memanfaatkan urban forest untuk sarana olahraga pun mentah lantaran khawatir bangunan akan rusak diterjang luapan air.

“Dulu Pak Wali (F.X. Hadi Rudyatmo) sempat bilang akan dibikin lapangan futsal. Namun DPRD tak menyetujui karena takut bangunan rusak kalau air meluap.”

Lantaran upaya perawatan dan pengembangan urban forest dianggap muspra, tahun ini BLH lebih fokus merawat Taman Sekartaji, Jebres, dengan anggaran Rp380 juta. Dana itu di antaranya untuk tambal sulam peghijauan, honor pemelihara taman dan pembelian alat kebersihan.

“Dana itu sebenarnya juga termasuk pemeliharaan urban forest, tapi praktiknya lebih difokuskan ke Sekartaji,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD, M. Rodhi, mempertanyakan pengelolaan urban forest yang terkesan salah urus. Menurutnya, selama ini belum ada kejelasan pengelolaan taman yang dibangun di bantaran sungai tersebut.

Rodhi mendorong Pemkot memperjelas status pengelolaan urban forest agar ke depan taman tak lagi terbengkalai. Jika pengelolaan terbukti di Pemkot, pihaknya meminta Pemkot konsekuen dengan menganggarkan sejumlah dana perawatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya