SOLOPOS.COM - Sejumlah siswa di salah satu SD di Wonogiri membeli jajanan dari pedagang keliling saat jam istriahat, Senin (21/11/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Stigmatisasi terhadap pedagang keliling mengemuka di sejumlah wilayah di Wonogiri dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu imbas dari kejadian 20 siswa SDN 3 Balepanjang, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri diduga keracunan jajanan yang dibeli dari pedagang keliling di sekolah, Selasa (15/11/2022).

Salah satu pedagang keliling asal Desa Tirtosworo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Dwi Kristiyanto, mengungkapkan sejak kejadian itu, para pedagang keliling di sejumlah wilayah di Wonogiri kesulitan berjualan di area sekolah seperti biasanya. Hal itu seperti para pedagang keliling di Kecamatan Baturetno, Giriwoyo, Giritontro, hingga Pracimantoro. 

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejumlah sekolah secara terang-terangan melarang pedagang keliling untuk berjualan di area sekolah. Sementara, beberapa sekolah melarang siswanya membeli jajanan yang dijajakan pedagang keliling.

Pedagang keliling telah mendapat pandangan negatif. Hal itu baik dari siswa, guru, orang tua siswa, dan masyarakat luas di sejumlah wilayah di Wonogiri.

Produk jajanan yang mereka jual dinilai tidak higienis dan bisa memicu bahaya bagi tubuh konsumen. Padahal, menurut Kristiyanto, hal itu tidaklah benar dan mengada-ada.

Baca Juga: Makanan Penyebab 20 Siswa SD di Wonogiri Keracunan Masih Diuji Laboratorium

“Mereka khawatir jika kejadian serupa menimpa siswa. Simpang siur berita yang beredar di sini sangat merugikan pedagang keliling. Kalau bicara soal higienis, kebersihan makanan, saya rasa tidak bisa mereka menilai kalau makanan yang dijual pedagang keliling tidak higienis. Justru saya lebih mengutamakan kebersihan makanan,” kata Kristiyanto kepada Solopos.com, Senin (21/11/2022).

Kristiyanto yang berjualan sosis itu mengaku selalu mengutamakan kebersihan pada makanan yang ia jual. Ia perhatikan betul kehigienisan bahan-bahan makanan yang dijual, mulai dari saus, telur, sosis, hingga tempat mengolah bahan-bahan itu. Dia tidak akan menggunakan bahan makanan sisa kemarin. 

“Banyak teman-teman pedagang keliling yang biasa dengan saya juga menerapkan hal serupa. Makanan yang kami jual bersih, higienis. Bahkan kalau ada sidak dari Dinas Kesehatan pun [makanan] kami siap diperiksa,” ujar dia.

Sampai saat ini, imbas dari kejadian anak-anak SD yang diduga keracunan makanan itu masih terasa bagi pedagang keliling. Tidak sedikit siswa menjadi takut membeli jajanan dari pedagang keliling.

Baca Juga: 20 Siswa SD Keracunan, Disdik Wonogiri bakal Evaluasi Penerapan PHBS di Sekolah

Pun orang-orang kampung ada yang beranggapan begitu. Pedagang menjadi ragu berjualan karena dilarang berjualan di area sekolah dan dinilai negatif oleh warga. 

“Bahkan ada teman saya yang jualan cilok diteriaki ‘cilok racun-cilok racun’ oleh anak-anak. Pendapatan kami turun drastis. Saya saja, yang biasa bisa dapat omzet Rp200.000/hari turun menjadi Rp75.000/hari. Untuk bisa belanja besok saja sudah bersyukur. Kalau pendapatan bersih sangat tipis,” imbuh Kristiyanto.

Pedagang keliling asal Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, Sabar, menyampaikan hal serupa. Meski sekolah-sekolah di Kecamatan Wonogiri tidak melarang pedagang keliling berjualan di area sekolah, dia tidak setuju jika makanan yang dijual pedagang keliling dinilai tidak sehat dan bersih. 

Pasalnya, banyak pedagang keliling yang justru sangat menjaga kebersihan, baik makanan maupun tempat dagangannya. Hal itu menjadi salah satu cara untuk menarik pembeli. Selain rasa enak, makanan dan tempat yang bersih juga menjadi faktor dagangan itu laku.

Baca Juga: 20 Siswa SDN 3 Balepanjang Wonogiri Keracunan, Omzet Pedagang Keliling Anjlok

“Misal saya jualan cilok, bahan-bahan yang saya pakai ya standar. Ada tepung terigu, pati, dan isiannya. Bahan itu dicampurkan kemudian saya rebus. Setelah matang, masih saya angetin, terus saat jualan. Kondisinya juga bersih. Tanpa pengawet. Saya enggak pernah pakai bahan sisa. Kalau saus, saya beli,” Kata Sabar saat ditemui Solopos.com di area SDN 1 Wonogiri, Senin.

Sabar yang sudah berjualan cilok selama 22 tahun itu tidak pernah mendapati konsumennya mengeluhkan kebersihan makanan yang ia jual. Pun tidak ada kasus pembeli yang merasa mual atau muntah setelah makan makanan yang dibeli darinya.

“Enggak mungkin kalau kami enggak bersih. Kalau begitu pasti akan merugikan kami sendiri,” ucap dia.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri, F.X. Pranata, mengatakan tidak akan melarang pedagang keliling berjualan di area sekolah meski ada kejadian siswa diduga keracunan dari jajajan yang dijajakan pedagang keliling. Hal itu lantaran para pedagang keliling bagian dari kehidupan masyarakat.

Baca Juga: Polres Wonogiri Tangani Kasus Keracunan 20 Siswa SDN 3 Balepanjang Wonogiri

“Mereka mempunyai hak untuk berjualan dan menafkahi keluarga,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya