SOLOPOS.COM - Dosen ITNY Ridayati S.Si, M.Sc dan Iwan Aminto Ardi, S.T., M.Sc.

Pandemi Covid-19 merupakan pukulan berat bagi industri kecil menengah di Kabupaten Kulonprogo. Sebagian besar IKM mengalami tekanan produktivitas, khususnya kesulitan memperoleh pemasukan untuk modal produksi karena menurunya pemasaran produk IKM.

Sektor UMKM membutuhkan dukungan mulai dari kemudahan regulasi, kemudahan izin, Perizinan Industri Rumah Tangga (PIRT), hingga pemasaran produk dan label halal. Pemkab Kulonprogo diminta serius memfasilitasi kelompok-kelompok usaha tersebut sehingga mereka mampu bersaing dan memenuhi persyaratan yang dikehendaki pasar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selanjutnya, Pemkab Kulonprogo diharapkan melakukan kebijakan dukungan permodalan dengan mengoptimalisasi bank daerah atau bank-bank yang beroperasi di daerah supaya mendukung pelaku UMKM, khususnya industri kecil dalam menggerakkan ekonomi tingkat bawah.

Saat ini mereka membutuhkan penguatan modal. Bantuan bisa dalam wujud keringanan bunga pinjaman atau bentuk lainnya. Selama ini, mereka membutuhkan dukungan permodalan, hal ini berpotensi dimanfaatkan oleh pihak dengan memberikan pinjaman dengan bunga tinggi.

Hal ini membutuhkan dukungan Pemkab Kulonprogo mulai dari pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan dalam sektor usaha. Produk buatan masyarakat Kulonprogo harus inovatif sehingga harus ada inovasi produk yang dikehendaki pasar. Contoh, geblek siap saji atau gleblek dengan berbagai rasa.

Untuk itu, pemkab didorong untuk memberikan pelatihan-pelatihan produk usaha masyarakat sesuai permintaan atau minat pasar.

Baca Juga: ITNY Ciptakan Mesin Suwir Daging untuk UMKM Ganing Bantul

Pemkab Kulonprogo juga memfasilitasi pemasaran produk secara digital. Kelompok usaha tidak hanya mampu memproduksi produk, tapi juga mampu menjual. Pada masa pandemi ini, mayoritas hanya mampu memproduksi, tapi kesulitan menjual produk. Pemerintah kabupaten mendampingi kelompok masyarakat dalam memasarkan produk secara digital.

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membidangi usaha kelompok masyarakat bersinergi dan kompak membuat program yang sinergis pemberdayaan pelaku IKM. Pemasaran produk secara daring di Kulonprogo masih lemah, sehingga produk masyarakat sulit dijual secara daring. Selain itu, pengemasan produk yang kurang menarik, juga membuat konsumen kurang berminat.

Dinas Perdagangan dan Perindustrian melakukan upaya modernisasi dalam pengemasan dan pemasaran, karena pemsaran produk secara digital merupakan kunci keberhasilan IKM di masa pandemi Covid-19, selain meningkatkan kualitas produk layak jual.

Kolektivitas dan sinergitas dapat menjadi kunci dalam upaya menggiatkan kembali sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kulonprogo. Selama pandemi sebagian besar IKM di Kulonprogo terhambat perkembangannya. Namun saat ini pelaku usaha kecil perlahan mulai bangkit.

Kehadiran pendampingan dari dinas yang menaungi menjadi sangat penting dalam memfasilitasi penataan dan pengembangan kembali IKM. Melalui kolaborasi berbagai pihak kebangkitan kembali IKM di Kulon Progo sangat mungkin terjadi.

Baca Juga: Perkuat Kemitraan, ITNY Sepakati Kerja Sama Dengan Unwiku Purwokerto

Contoh lain, di antara sekian banyak IKM yang terpuruk, terdapat IKM kerajinan batik yang bertahan dengan segala keterbatasannya. Industri kecil menengah (IKM) kerajinan dan batik merupakan sektor yang cukup tangguh di masa-masa pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini. IKM kerajinan dan batik berupaya mempertahankan bisnisnya dengan keuletan dan strategi usaha yang inovatif.

Untuk mendukung upaya tersebut, Kementerian Perindustrian melalui Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) di Yogyakarta berusaha terus mendorong pengembangan pelaku industri kerajinan dan batik, antara lain melalui penyelenggaraan kelas umum melalui media online. Selanjutnya, BBKB juga kembali menggelar program Innovating Jogja yang sebelumnya berhasil melahirkan IKM startup inovatif dari wilayah tersebut.

Kegiatan ini bertujuan untuk memacu lahirnya industri baru di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) bersama BBKB selaku unit pelayanan teknis, kembali melaksanakan kegiatan Innovating Jogja.

Innovating Jogja merupakan Inkubator Bisnis Teknologi BBKB yang telah digulirkan sejak tahun 2016. Ini merupakan ajang pencarian startup berbasis inovasi di bidang kerajinan dan batik yang dilaksanakan melalui sistem kompetisi ide inovasi bisnis. Yogyakarta merupakan salah satu wilayah yang memilki ekosistem industri kerajinan dan batik yang cukup kuat.

Menurut Kepala BPPI, pihaknya melalui Balai-Balai Besar dan Baristand Industri yang tersebar di seluruh Indonesia terus mendorong lahirnya hasil-hasil litbang yang dapat diterapkan secara langsung oleh masyarakat dan pelaku industri.

Baca Juga: Belajar Geotermal di ITNY, Guru SMKN 6 Samarinda Diajak ke Dieng

Misalnya, melalui kegiatan Inkubasi Innovating Jogja, para peserta dapat memanfaatkan fasilitas litbang dan layanan jasa yang dimiliki oleh BBKB serta pendampingan teknis dan manajemen usaha yang diberikan oleh para mentor.

Kegiatan bootcamp merupakan workshop penajaman ide bisnis kerajinan dan batik yang akan dituangkan ke dalam rencana bisnis dan rencana aksi peserta. Peserta bootcamp tidak hanya berasal dari sekitar Yogyakarta, namun juga ada yang berasal dari Bogor, Semarang, Surabaya dan Nusa Tenggara Barat. Pada akhir kegiatan bootcamp, akan dipilih peserta dengan ide dan rencana bisnis terbaik. Peserta tersebut akan menjadi tenant inkubator bisnis Innovating Jogja di BBKB.

Tahun 2020 seluruh kegiatan Innovating Jogja dilaksanakan secara online. Mulai dari kegiatan sosialiasi, pendaftaran, seleksi, bootcamp hingga ke depan seleksi tidak menutup kemungkinan kegiatan inkubasi dapat dilakukan secara remote untuk mengurangi tatap muka langsung.

Upaya-upaya yang dilakukan berbagai pihak dalam mendorong kebangkitan kembali IKM telah membuahkan hasil yang sangat baik. Perkembangan IKM saat ini sudah cukup pesat, optimism pelaku usaha kecil tumbuh kembali seiring dengan perkembangan kondisi masyarakat menuju kegiatan normal.

Hal ini juga menjadi catatan penting dalam mengantisipasi kondisi di masa yang akan dating, perlu kiranya diimplementasikan pengembangan IKM berbasis risiko.



* Opini ini ditulis Ridayati, S.Si, M.Sc dan Iwan Aminto Ardi, S.T., M.Sc, Artikel Luaran Riset Keilmuan LPDP 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya