SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Solo, Purwanti, menujukkan aplikasi elektronik siap nikah dan hamil (Eksimil) di Balaikota Solo, Senin (4/4/2022). (Espos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN–Stunting menjadi PR besar bagi Pemkab Kabupaten Sragen. Per 2021 terdapat 4.353 anak dengan stunting. Salah satu upaya Pemkab setempat dalam upaya pencegahan adalah melalui Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil).

Elsimil sendiri adalah sebuah aplikasi edukasi dengan sistem elektronik siap nikah dan siap hamil yang menjadi program dari BKKBN.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Sragen, Windu Nugroho, mengatakan melalui aplikasi tersebut bisa dilakukan skrining dan edukasi mengenai kesehatan reproduksi, perbaikan gizi calon pengantin, serta edukasi perilaku hidup sehat.

“Aplikasi tersebut berjalan dua arah, bisa diisi dari pendamping calon pengantin desa atau dari calon pengantin itu sendri. Sehingga bisa dilihat bagaimana kondisi dari calon pengantin dan digunakan sebagai data awal dalam pencegahan stunting. Saat ini masih dalam tahap uji coba dan sosialisasi,” terang dr. Windu saat ditemui Solopos.com pada Kamis (15/9/2022).

Windu menambahkan pendamping tersebut ada di setiap desa, yang terdiri atas unsur tenaga kesehatan misalnya bidan, PKK/kader posyandu setempat, dan penyuluh KB setempat. Total di Kabupaten Sragen sendiri ada 2.259 orang yang tersebar di seluruh desa.

Stunting sendiri adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibanding dengan tinggi badan orang pada umumnya, yang seusianya,” ungkap Windu.

Stunting bisa disebabkan karena praktik pengasuhan yang tidak baik, kurangnya akses makanan bergizi, terbatasnya layanan kesehatan, serta kurangnya akses air bersih dan sanitasi.

“Dampak stunting meliputi mudah sakit, fungsi-fungsi tubuh tidak seimbang, kemampuan kognitif berkurang, mengakibatkan kerugian ekonomi, saat tua berisiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan, dan postur tubuh tak maksimal waktu dewasa,” tambah dia.

Stunting bisa dicegah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MAPSI), akses air bersih dan fasilitas sanitasi, pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil, dan memantau pertumbuhan balita di posyandu.

Dalam aplikasi Elsimil tersebut diharapkan bisa menurukan kasus stunting melalui tata laksana kasus stunting dengan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dan pencegahan kasus stunting baru, melalui edukasi kepada calon pengantin, ibu hamil, dan ibu nifas yang berisiko stunting.

Dalam catatan Solopos.com, Kabid Pemerintahan Pembangunan Manusia dan Kewilayahan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Sragen, Dwi Cahyani, mengatakan Sragen menempati urutan ke-14 daerah dengan kasus stunting terendah se-Jateng.

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, sambung dia, angka stunting Sragen berada di 33,2% dan setelah tiga tahun menjadi 18,8% di 2021. Lokus stunting di Sragen tersebar di 52 desa yang merupakam akumulasi dari jumlah lokus stunting sejak 2020 sampai 2022.

Di Bumi Sukowati, per 2021 masih ada 4.353 anak yang mengalami stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Hal tersebut disampaikan pada Juni 2022 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya