SOLOPOS.COM - Abdi dalem dan kerabat Keraton Solo berdoa saat upacara adat wilujengan nagari Mahesa Lawung di Sitihinggil Kompleks Keraton Solo, Senin (21/11/2022). (Solopos/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, SOLO — Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Kota Solo menggelar upacara adat Wilujengan Nagari Mahesa Lawung, Senin (21/11/2022). Upacara diawali di Sitihinggil Kompleks Keraton Solo.

Pantauan Solopos.com, dalam acara ini puluhan pria mengenakan atasan beskap berwarna putih dan kain jarit. Mereka berjalan bersama peserta perempuan yang mengenakan kebaya berwarna putih serta jarit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di belakang mereka ada para abdi dalem yang membawa aneka makanan seperti ayam, bunga, dan sebagainya. Sedangkan kepala kerbau dan jerohannya ditutupi dengan kain kafan berwarna putih.

Kepala kerbau untuk upacara Mahesa Lawung di Keraton Solo itu digotong oleh empat orang abdi dalem yang mengenakan beskap berwarna hitam. Mereka berjalan beriringan dari Kori Kamandungan menuju Sitihinggil kompleks Keraton Solo.

Ekspedisi Mudik 2024

Di bagian depan ada prajurit berseragam lengkap dengan senjata berupa pedang yang memandu mereka. Ketika sampai di Sitihinggil, kepala kerbau beserta makanan diletakkan di tengah-tengah peserta.

Baca Juga: Agenda Solo Hari Ini: Ada Prosesi Adat Mahesa Lawung di Keraton Kasunanan

Upacara tersebut dipimpin KGPH Dipokusumo yang saat itu mengenakan beskap berwarna hijau toska. Ia mengarahkan para peserta serta abdi dalem untuk memulai Upacara Wilujengan Nagari Mahesa Lawung.

Doa kemudian dipanjatkan oleh Kanjeng Imam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Satu per satu doa dipanjatkan, mulai berdoa untuk para Raja leluhur hingga kesejahteraan dan keamanan di sekitar Keraton.

Setelah didoakan di Sitihinggil, kepala kerbau berikut jerohannya dibawa oleh para abdi dalem Keraton Solo dan peserta upacara Mahesa Lawung langsung menuju Alas Krendawahana di Gondangrejo, Karanganyar.

Kepala kerbau tersebut selanjutnya ditanam di lokasi tersebut sebagai simbol memendam kebodohan. Dalam tradisi Jawa, kerbau sering diidentikkan dengan kebodohan.

Baca Juga: Hutan Krendowahono Gondangrejo, Penjaga Utara Keraton Mataram Islam 

Dengan mengubur kepala kerbau lewat ritual tersebut, Keraton Solo ingin menunjukkan bahwa orang Jawa harus bisa memendam kebodohannya. Ritual ini konon sudah ada sejak zaman Mataram Hindu.

Sedangkan pemilihan alas atau hutan Krendawahana sebagai lokasi untuk mengubur kepala kerbau karena terkait dengan posisi Keraton Solo yang berada di tengah empat unsur (pancer).

Empat unsur itu yakni Krendowahono di sebelah utara, Gunung Lawu di sebelah timur, Laut Selatan di sebelah selatan, dan Gunung Merapi di sebelah barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya