Terik matahari sedang panas-panasnya, Rabu (17/8/2011) saat puluhan warga Nayut Timur RT I/RW XVIII Nusukan, Banjarsari memulai upacara bendera di rel kereta api (KA) jurusan Semarang. Tidak hanya orang dewasa, beberapa bocah usia sekolah dan ibu rumah tangga juga mengikuti prosesi upacara.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Mereka tidak mengenakan seragam atau pakaian bagus. Melainkan hanya memakai busana seadanya seperti kaos oblong, celana pendek yang dilengkapi dengan pakaian sorjan dan blangkon. Sembari membawa bendera merah putih pada batang bambu sepanjang lima meter, peserta upacara berdiri berderet memanjang sepanjang jalur rel aktif itu. Prosesi upacaranya berbeda dengan runtutan upacara pada umumnya.
Tidak ada regu paduan suara dan lagu kebangsaan, tak ada inspektur upacara (Irup) pun pembacaan teks proklamasi. Namun semangat mereka sama, semangat menghargai jiwa kepahlawanan bangsa. Semangat menggugah kembali patriotisme dan nasionalisme bangsa. Berdiri di tengah terik matahari dan ancaman kereta selama sekitar 20 menit, belum seberapa dibandingkan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa.
Seperti diungkapkan Nadim, 5, bocah kelas TK besar itu mengaku cukup lelah berpanas-panas ria. Apalagi tangan mungilnya harus menyangga batang bambu ukuran sedang supaya tetap berdiri tegak di tengah hentakan kencang angin. Beruntung bocah pengidola Irfan Bachdim itu tidak sendirian. Dia dibantu empat temannya menyangga batang bambu di tengah jalur rel. “Merrdekkaaaa..! Merrdekkaaaa..!,” teriak mereka satu komando.
kur