SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Pasangan suami istri (pasutri) asal Dukuh/Desa Japoh RT 009, Kecamatan Jenar, Sragen, Sudarno, 43, dan Wiji Hariyanti, 37, akan kembali bertarung dalam Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Japoh 2019.

Sebelumnya, mereka sempat berkompetisi di ajang yang sama pada 2013 lalu. Pada Pilkades Japoh 2013, posisi Sudarno sebagai petahana yang meminta istrinya sebagai lawannya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Namun, Pilkades itu justru dimenangi sang istri dengan selisih 200 suara. Pada Pilkades Japoh 2019, giliran Wiji yang berstatus petahana meminta suaminya, Sudarno, sebagai lawannya. Pemungutan suara Pilkades Japoh digelar 26 September 2019 bersama 260-an desa lainnya.

Wakil Ketua Panitia Pilkades Japoh, Sri Raharjo, saat ditemui Solopos.com di Balai Desa Japoh, Jumat (9/8/2019), menyampaikan mereka bertemu lagi pada Pilkades tahun ini karena tidak ada calon lain yang berani melawan.

Sri menyampaikan karakter Wiji saat menjabat sebagai Kepala Desa Japoh dikenal baik. Dia mengatakan dengan ketokohannya dan melihat posisi suaminya sebagai juragan tebu, tak ada satu pun warga lain yang berani melawan.

“Pilkades Japoh jadi ayem-ayem saja. Mereka akan merebut suara pemilih yang jumlahnya 2.075 orang yang menyebar di tiga kebayanan, yakni Geneng, Japoh, dan Panel. Kalau dulu selisihnya cukup banyak dan menang Bu Wiji. Kalau nanti tidak tahu hasilnya,” ujar Sri.

Cakades petahana Wiji Hariyanti saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Jumat, mengaku pada Pilkades enam tahun lalu unggul dari suaminya dengan selisih 200-an suara. Dia mengatakan Pilkades sebelumnya seperti saingan betul hingga membentuk tim sukses.

Pada Pilkades tahun ini, Wiji mengaku sampai pendaftaran belum membentuk tim sukses. “Awalnya saya saja yang mendaftar. Kemudian ditunggu sampai hari terakhir pendaftaran, Senin [5/8/2019] pukul 16.15 WIB tidak ada satu pun lawan yang mendaftar lagi. Akhirnya saya minta suami untuk mendaftar. Sampai ditutup pendaftaran, ya hanya dua calon, saya dan suami,” katanya.

Wiji mengaku hanya minta suami untuk mendampingi saja supaya Japoh adem ayem. Dia mengatakan saat sosialisasi kepada masyarakat pun dilakukan bersama-sama.

Selama sosialisasi, Wiji dan Sudarno hanya ingin melanjutkan program sebelumnya. Salah satu programnya berupa pembangunan infrastruktur jalan blok beton dan hotmix.

Selain itu, Wiji juga ingin mengentaskan kemiskinan lewat program beasiswa. Dia mencatat warga miskin di Japoh masih 312 kepala keluarga dari 1.017 keluarga di Japoh.

“Selain beasiswa, kami juga melelang tanah kas desa seluas 20 hektare untuk keluarga miskin. Tanah kas desa yang terdiri atas 24 bidang itu biasanya disewa dengan harga Rp6 juta-Rp6,5 juta hanya diberikan untuk sewa warga miskin separuh ya, yakni Rp3,5 juta per tahun,” ujar ibu dari dua anak itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya