SOLOPOS.COM - Universitas Sanata Dharma

Harianjogja.com, JOGJA-Unsur budaya harus dimasukkan dalam proses pendidikan. Hal itu dilakukan agar esensi pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan dan akademik tetapi juga meneguhkan pada nilai budaya dan norma.

Wakil Rektor Univeristas Sanata Dharma (USD) Jogja, T Sarkim mengatakan, proses pendidikan di lingkungan sekolah terlalu mengejar nilai akademik. Adapun pendidikan di perguruan tinggi lebih difokuskan pada upaya mencari kerja setelah lulus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ini berdampak pada dilupakannya esensi pendidikan. Padahal makna pendidikan itu adalah untuk membangun karakter manusia tersebut,” kata Sarkim saat jumpa pers menjelang puncak kegiatan Dies Natalis USD ke-58, Selasa (10/12/2013).

Meski USD bukan kampus seni, proses pendidikan di kampus tersebut tetap menanamkan nilai-nilai kebudayaan. Langkah konkrit yang dilakukan, misalnya, mahasiswa sering menggelar event seni seperti tari, sastra, teater dan kesenian lainnya. Keberadaan seni maupun budaya yang ditanamkan dalam pendidikan menjadikan manusia yang terdidik tidak kaku.

“Kami mengembangkan proses pendidikan sesuai dengan semangat pendiri USD, Driyarkara. Di mana inti dari pendidikan adalah pengembangan karakter manusia seutuhnya,” tukasnya.

Meski mata kuliah yang diajarkan tidak berbeda dengan di kampus lain, USD memiliki kekhasan sendiri. Selain aktivitas pembelajaran itu sendiri, pihak kampus juga menyediakan pendampingan dalam belajar.

“Misalnya, untuk mata kuliah akuntasi, yang dipelajari sampai pada pedagogik ignasian. Dengan begitu, mahasiswa mengerti maksud dari belajar akuntasi tersebut,” jelas Ketua Panitia Dies USD itu.

Pada dies kali ini, USD akan mengaktualisasikan pemikiran Driyarkara terkait pendidikan dan nasionalisme kebangsaan. Dies ini juga bertepatan dengan 100 tahun kelahiran Driyarkara.  “Selain seminar kami juga akan mengundang mantan Presiden RI, Megawati. Ini bisa menjadi napak tilas beliau sebab anak dari presiden pertama RI Sukarno, yang pernah berkunjung ke USD,” terangnya.

Sementara itu, Romo Albertus Bagus Laksana mengatakan, saat ini dunia dalam kondisi yang serba cair. Sehingga untuk mendidik guru sudah sangat tidak tepat lagi dengan menggunakan cara-cara IKIP yang lama. “Membentuk guru dengan model IKIP sudah tidak bisa lahi sekarang. Yang harus diciptakan saat ini adalah ilmuan dengan semangaat keguruan,” jelas dosen Fakultas Teologi USD itu.

Seperti saat menjelang AFTA 2015, menurut Bagus, Driyarkara sudah mempersiapkan metodologi mengajar menghadapi AFTA. Sebab, yang ingin dibangun dalam pendidikan Driyarkara adalah pendidikan manusia pada dunia yang berubah-ubah. “Tidak hanya menciptakan manusia yang bisa pada satu keahlian saja, tetapi mampu menguasai berbagai keahlian,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya