SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR — Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengelola sampah dari 1.100-an rumah warga di kawasan Tasikmadu, Karanganyar. Sampah dari warga di tiga desa yakni Buran, Pandeyan, dan Karangmojo itu dikelola agar layak jual dan layak kompos. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, pengelolaan sampah dipusatkan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST 3R) di Buran, Tasikmadu. Sejak diresmikan oleh Bupati Karanganyar Juliyatmono pada 2014, TPST 3R itu dikelola Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Buran. Baru mulai Februari 2018, pengelolaan sampah ditangani UNS. 

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami berminat mengelola sampah di Buran ini agar sampah ke depan tak menjadi masalah bagi warga. Makanya sampah perlu dikelola dengan baik,” kata salah satu petugas di TPST 3R Buran, Bayu Tantoro, saat ditemui Solopos.com, di kantornya di Buran, Rabu (7/11/2018). 

Awalnya UNS mengelola sampah dari 800-an rumah di Buran. Seiring berjalannya waktu, pengelolaan meluas hingga ke Pandeyan dan Karangmojo dengan tambahan 300-an rumah. “Intinya, sampah itu kami kelola agar layak jual dan layak kompos,” imbuh Bayu.

Bayu mengatakan sampah di 1.100 rumah tersebut diambil maksimal tiga hari sekali. Setelah diambil para pemungut sampah, sampah rumah tangga (RT) itu dipilah di TPST 3R Buran. 

Sampah jenis plastik dan kertas biasanya dijual ke pengepul sampah. Sedangkan sampah yang dapat dijadikan bahan dasar pembuatan pupuk dimaksimalkan menjadi pupuk organik. 

“Biasanya setiap pengambilan, sampah yang terkumpul minimal dua mobil pikap. Sebanyak 20 persen biasanya dapat dijadikan pupuk organik. Sebanyak 20 persennya lagi termasuk layak jual. Sedangkan sisanya menjadi residu,” katanya. 

Residu itu dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Sukosari, Jumantono. Bayu berharap pengelolaan sampah di TPST 3R Buran dapat menjadi proyek percontohan pengelolaan sampah di Bumi Intanpari. Ke depan, TPST 3R Buran bakal mengelola sampah di seluruh wilayah di Kecamatan Tasikmadu. 

“Saat ini, kami masih terkendala gudang penyimpanan. Kami butuh lahan kurang lebih 300 meter persegi lagi. Selain untuk gudang juga dapat menjadi tempat menaruh mesin pengolah sampah,” kata Bayu.

Jika sudah memiliki gudang untuk penyimpanan, Bayu berani mengelola sampah di Kecamatan Tasikmadu. Salah satu petugas pemilah sampah di TPST 3R Buran, Marno, 38, mengatakan pupuk organik hasil pengelolaan sampah dapat dimanfaatkan warga di Buran dan sekitarnya untuk memupuk tanaman.

“Saya bekerja di sini dari pukul 08.00 WIB-16.00 WIB. Tugas saya memilah sampah dari RT. Sampah plastik, kertas, dan botol saya pilah. Sampah dari daun kering kami kumpulkan jadi satu [sebagai dasar pembuatan pupuk organik],” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya