SOLOPOS.COM - Sejumlah warga membentangkan spanduk berisi permintaan penutupan PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Kamis (12/12/2019). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Unjuk rasa warga terdampak limbah udara PT Rayon Utama Makmur (RUM) berlanjut di depan pintu gerbang pabrik di wilayah Nguter, Sukoharjo, Kamis (12/12/2019).

Mereka menuntut manajemen PT RUM menghentikan kegiatan produksi lantaran dinilai belum bisa menghilangkan bau busuk selama dua tahun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Aksi unjuk rasa ini sudah digelar tiga hari berturut-turut pada Selasa-Kamis (10-12/12/2019). Sebelumnya, masyarakat melakukan hal serupa di depan pintu gerbang PT RUM namun belum membuahkan hasil.

Mereka tak ditemui jajaran manajemen PT RUM saat menyampaikan aspirasi. Pantauan Solopos.com, Kamis, ratusan orang berkumpul di depan pintu gerbang PT RUM sekitar pukul 14.00 WIB.

Mereka berasal dari tiga elemen masyarakat yakni Forum Warga Terdampak PT RUM (RATA-PT RUM), Persatuan Perempuan Peduli Lingkungan (P3L) dan Sukoharjo Melawan Racun (Samar).

9 Kecamatan di Klaten Porak-Poranda Dihajar Puting Beliung

Mereka tak henti-hentinya memukul kentungan sebagai simbol tanda bahaya lantaran bau busuk dari PT RUM tak kunjung hilang.

“Kami menghirup bau busuk selama dua tahun. Hampir setiap hari. Sejak PT RUM beroperasi, kami menderita lantaran tak bisa menghirup udara segar yang menjadi hak asasi manusia,” kata seorang warga Dusun Ngrapah, Desa Gupit, Jiyem, Kamis.

Limbah udara tak hanya tercium di wilayah Nguter melainkan daerah lain di Sukoharjo seperti Bendosari, Sukoharjo Kota, Polokarto, hingga Tawangsari. Bahkan, warga di wilayah Kecamatan Selogiri dan Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, ikut terdampak bau busuk saat sore hari atau malam hari.

Selama ini, warga telah menempuh berbagai upaya agar pengelolaan limbah udara PT RUM dibenahi secara tuntas. Mereka tak pernah patah arang untuk memperjuangkan udara segar.

Tragis! Ibu di Purwantoro Wonogiri Meninggal Usai Minum Racun Serangga Bareng 2 Anaknya

“Kami bakal terus berjuang demi generasi muda dan anak-anak. Pencemaran lingkungan yang dilakukan PT RUM sudah keterlaluan. Warga yang menjadi korban,” ujar dia.

Di antara ratusan peserta unjuk rasa, ada aktivis lingkungan M. Hisbun Payu alias Is yang berorasi di mobil pikap. Is sempat dipenjara karena kasus perusakan pos satpam dan batu prasasti PT RUM saat demo pada Februari 2018.

Dia bebas dari jeruji besi pada awal Agustus 2019. Is juga ikut demo dan berorasi pada unjuk rasa hari kedua, Rabu (11/12/2019).

Is menganggap manajemen PT RUM tak serius membenahi pengelolaan limbah udara mereka. Aksi unjuk rasa itu merupakan titik awal untuk membangkitkan kembali semangat dan perjuangan masyarakat demi menghirup udara segar.

“Kami bakal terus bersama warga terdampak limbah udara dan berjuang menuntut keadilan. Tidak ada langkah konkret pemerintah untuk menangani limbah udara,” timpal Is.

Karyawati Garuda Indonesia: Ari Askhara Sering Keliling, Minta Nomor HP Pramugari

Sementara itu, Sekretaris PT RUM, Bintoro Dibyoseputro, menghargai berbagai keluhan masyarakat termasuk aksi unjuk rasa terkait limbah udara. Dalam waktu dekat, manajemen PT RUM bakal memasang H2SO4 recovery yang bisa mengurai dan mendaur ulang H2S menjadi H2SO4 untuk produksi.

Selama pemasangan H2SO4 recovery, kegiatan produksi tetap berjalan normal seperti hari biasa. Dia yakin alat H2SO4 recovery menjadi solusi paling efektif untuk menghilangkan limbah udara.

"Kami sudah bekerja keras agar H2S tak terbawa angin seperti menutup rapat sekitar Instalasi pengolahan air limbah atau Waste Water Treatment Plant [WWTP] dengan plastik transparan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya