SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Produsen barang-barang konsumsi, PT Unilever Indonesia Tbk, gencar melakukan inovasi untuk memperbesar penjualan teh Sariwangi. Meski  PT Sariwangi Agricultural Estate Agency, Unilever Indonesia tetap akan memproduksi teh Sariwangi.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso, mengatakan perseroan tersebut telah memiliki brand Sariwangi sejak 1989. Kini perseroan itu pun memproduksi daun teh untuk dikemas lalu diekspor.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Dia mengatakan perseroan membeli bahan baku dari kebun teh yang ada di Indonesia dan pasar lelang PTPN. Kemudian, teh yang dibeli tersebut, diolah di pabrik Cikarang menjadi teh celup dan kantong. “Kami produksi teh negara-negara Unilever lain, seperti untuk Australia,” ungkapnya, Kamis (18/10/2018).

Terkait persoalan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung yang pailit, Sancoyo mengatakan Unilever sudah tidak memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan tersebut.

Dia mengungkapkan, Sariwangi adalah brand yang dimiliki oleh perseroan. Menurutnya, Unilever sempat memiliki hubungan bisnis, akan tetapi telah berakhir. Dia pun enggan menyebutkan alasan dan kapan berakhirnya hubungan kerja sama tersebut tersebut.

Bank ICBC meminta Sariwangi Agricultural Estate Agency dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung menjalankan perintah Pengadilan Niaga Jakarta untuk melunasi utangnya setelah proses PKPU diputus berdamai dengan perkara bernomor 38/Pdt.Sus/PKPU/2015 PN.Jkt.Pst, sah dan demi hukum berakhir, pada 2 Oktober 2015.

Diketahui, Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung memiliki tagihan sebanyak Rp35,71 miliar. Nilai itu terdiri atas tagihan dari kreditur separatis mencapai Rp31,5 miliar, 19 kreditur konkuren Rp3,28 miliar, dan kreditur preferen Rp922,81 juta.

Sementara itu, utang Sariwangi AEA sebanyak Rp1,05 triliun. Pemerinciannya, tagihan piutang dari lima kreditur separatis senilai Rp719,03 miliar, 59 kreditur konkuren Rp334,18 miliar, dan satu kreditur preferen Rp1,21 miliar.

Kembali ke bisnis teh, Sancoyo pun tak khawatir menghadapi persaingan dengan produsen minumen teh dalam kemasan karena perseroan terus melakukan inovasi dalam jenis rasa teh. Dia mengungkapkan, perseroan juga memiliki varian rasa melati, vanila dan teh hitam.

Selain itu, perseroan juga memiliki Lipton Tea yang digunakan untuk keperluan business to business (B to B). Sancoyo menuturkan, Unilever juga menyediakan Lipton Ice Tea yang bisa langsung dicampur air.

Hingga Juni 2018, penjualan yang dibukukan UNVR senilai Rp21,18 triliun, turun tipis 0,3% dari posisi Rp21,26 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Secara geografis, penjualan di dalam negeri senilai Rp20,03 triliun dan ekspor senilai Rp1,14 triliun.

Bila ditelisik dari segmen penjualan, nilai penjualan kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh tercatat paling besar, senilai Rp14,06 triliun, lalu disusul makanan dan minuman senilai Rp7,11 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya