SOLOPOS.COM - Sejumlah remaja memasuki Masjid Jami Assegaf, Pasar Kliwon, Solo, untuk mengikuti TPA dan kajian keagamaan, Rabu (6/4/2022) siang. (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Wilayah Pasar Kliwon, Solo, telah lama dikenal sebagai Kampung Arab. Menyusuri sepanjang Jl Kapten Mulyadi, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, apalagi saat Ramadan, pemandangan yang tersaji benar-benar berbeda dari wilayah lain di Kota Bengawan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Nuansa budaya Arab dan Timur Tengah begitu terasa. Sederet toko menjual kurma dan peralatan untuk ibadah haji. Masih di sepanjang jalan yang sama, berdiri kokoh bangunan masjid dengan warna kuning muda atau krem bertuliskan Masjid Jami Assagaf.

Di sepanjang trotoar jalan khususnya di Kelurahan Pasar Kliwon, berseliweran warga keturunan Arab, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua memakai gamis dan peci. Mereka ada yang bekerja sebagai pedagang warung makan, kurma, peralatan haji, hingga pemilik pabrik kain batik.

Baca Juga: Tradisi Unik Masjid Assegaf Solo: Sajikan Kopi Rempah Saat Buka Puasa

Lurah Pasar Kliwon, Solo, Supatno, mengakui mayoritas hampir separuh warganya adalah keturunan Arab sehingga dikenal sebagai Kampung Arab. Menurutnya, di Kecamatan Pasar Kliwon ada beberapa kelurahan lain yang terdapat keturunan Arab yang bermukim, seperti Kauman dan Kedung Lumbu.

ramadan kampung arab solo pasar kliwon
Situasi trotoar Jl Kapten Mulyadi. Pasar Kliwon, Solo, Rabu (6/4/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

“Akan tetapi Kelurahan Pasar Kliwon yang paling banyak,” katanya saat ditemui Solopos.com di Kantor Kelurahan Pasar Kliwon, Solo, Rabu (6/4/2022). Walaupun menjadi tempat bermukimnya orang keturunan Arab, hal itu tidak membuat keberadaan warga pribumi terkikis. “Dinamakan Kampung Arab karena wilayah kami mayoritas keturunan Arab, hampir setengahnya, jadi fifty-fifty,” ucapnya.

Toleransi Tinggi

Supatno menuturkan keturunan Arab menyebar hampir ke seluruh Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), mereka guyub rukun dan hidup bersama (keturunan asli Jawa). “Toleransi di antara mereka tinggi, tidak ada perpecahan maupun perselisihan,” tuturnya.

Baca Juga: Melihat Dari Dekat Proses Membuat Bubur Samin di Masjid Darussalam Solo

Soal kuliner, Kampung Arab di Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, memiliki keunikan yakni kuliner olahan daging kambing dan nasi kabuli. “Olahan daging kambing dan nasi kabuli di sini beda dengan yang lain, bahkan di kelurahan Pasar Kliwon sudah terbentuk Paku Alaska [Pasar Kliwon Kuliner Ala Sate Kambing dan Nasi Kabuli],” katanya.

Pelaksana Harian Bidang Dakwah dan Pendidikan Masjid Jami Assagaf, Ridho Wicaksana, menjelaskan imigran Arab pindah ke Pasar Kliwon karena dekat dengan pusat pemerintahan, sehingga mendukung roda ekonomi dan tujuan dakwah mereka. Bahkan pada masa penjajahan Belanda, kata Ridho, sudah diplotkan bahwa kampung Arab berada di Pasar Kliwon.

“Dulu imigran banyak dari Yaman, Tunisia, Aljazair, Syam, Mesir datang ke Indonesia. Sampai akhirnya melihat Kota Solo sebagai kota yang masif untuk berdakwah dan berdagang, akhirnya mereka bermukim di sini,” jelasnya saat ditemui di Kantor Sekretariat Masjid Jami Assagaf, Rabu.

Baca Juga: Menjelajahi Masjid-Masjid Tertua di Solo, Ada Yang Hampir 500 Tahun

Berdakwah dan Berdagang

Orang Arab di Pasar Kliwon, kata Ridho, cukup sukses dalam menjalankan tujuan mereka yakni berdakwah dan berdagang. Mereka hidup makmur dan betah di Pasar Kliwon, Solo, hingga wilayahnya disebut Kampung Arab.

ramadan kampung arab solo pasar kliwon
Warga berjualan kurban di pinggir Jl Kapten Mulyadi, Pasar Kliwon, Solo, Rabu (6/4/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Untuk aktivitas Ramadan, Ridho mengatakan Masjid Jami Assegaf terbuka selama 24 jam setiap hari untuk para jemaah. Tujuannya tak lain untuk memfasilitasi jemaah yang ingin memaksimalkan ibadah selama Ramadan.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Masjid Jami Assegaf menjadi titik kumpul keturunan Arab, tempat untuk belajar dan berbaur agar merekatkan toleransi. Di Masjid Jami Assegaf, sebelum salat dzuhur berjamaah imam menyampaikan tausiah.

Salah seorang jemaah asal Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Mutinah, 34, mengatakan Masjid Jami Assegaf dengan lokasi yang strategis cocok digunakan untuk istirahat saat terik matahari menyengat di siang hari saat puasa.

Baca Juga: Berburu Takjil di Solo: Lokasi Baru Bermunculan, Yang Lama Tetap Eksis

“Masjid ini lokasinya strategis, tempatnya nyaman buat istirahat, apalagi waktu siang hari saat puasa, suasananya adem,” ungkapnya saat berbincang dengan Solopos.com.

Menjelang pukul 13.30 WIB, puluhan anak usia SD dan SMP sudah mendatangi Masjid Assagaf untuk TPA dan mengikuti kajian. Saat menjelang Asar, jemaah dari wilayah kampung Arab, Pasar Kliwon , Solo, itu berbondong-bondong menghadiri kajian di Masjid Jami Assegaf, mulai dari remaja hingga dewasa.

Menu Berbuka Puasa Unik

Mereka mengenakan tsaub atau kandurah dan membawa kitab Alquran. Kajian tersebut berlangsung hingga terbenamnya matahari, yakni menjelang magrib atau buka puasa.

ramadan kampung arab solo pasar kliwon
Pekerja mengecap batik di pabrik kain batik kawasan Kelurahan Pasar Kliwon, Solo, Rabu (7/4/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Keunikan di Masjid Jami Assegaf dibandingkan dengan masjid lain yakni selain menyiapkan 600 porsi hidangan berbuka puasa, juga disuguhkan kopi rempah untuk jemaah. Salah seorang jemaah, Riani, 27, mengatakan kopi rempah di Masjid Jami Assegaf berbeda dibanding kopi biasanya.

Baca Juga: Serunya Ngabuburit di Solo, Dari Taman Sunan Jaga Kali Sampai ke Rutan

“Kopi di sini rasanya beda, ada tambahan rempah-rempahnya, hingga membuat badan menjadi hangat saat diteguk,” katanya kepada Solopos.com.



Menurut pantauan Solopos.com, saat menjelang buka puasa, jalanan di Pasar Kliwon, tidak terlalu banyak orang berjualan takjil, seperti layaknya pasar takjil di Manahan. Akan tetapi ada warung makan yang menjadi ciri khas kampung Arab Pasar Kliwon, Solo, adalah olahan daging kambing dan nasi kabuli.

Saat Ramadan, banyak berjejer toko yang menjual kurma. Salah satu penjual kurma di pinggiran jalan, Jafar, mengatakan khususnya bulan Ramadan permintaan kurma dari pembeli mulai meningkat.

“Pembelinya rata-rata dari luar Pasar Kliwon, karena di sini pusatnya dagang kurma. Harga tergantung dengan jenisnya, ada yang Rp53.000 per kg, Rp40.000, Rp35.000, bisa juga per 500 gram,” ungkap lelaki Arab itu kepada Solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya