SOLOPOS.COM - Bupati Karanganyar Juliyatmono saat meninjau aktivitas pedagang di Pasar Ciplukan di Mojogedang, Karanganyar. Foto diambil sebelum masa pandemi Covid-19. (Solopos/Sri Sumi Handayani)

Solopos.com, KARANGANYAR – Mengusung konsep zaman dulu atau jadul nuansa pedesaan yang khas, Pasar Ciplukan memiliki asal-usul yang tak kalah menarik.

Terletak di Dukuh Mlilir, Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Pasar Ciplukan menyerupai pasar tiban yang buka setiap Minggu pukul 07.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB atau 13.00 WIB.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Para wisatawan bisa jajan penganan, makanan, minuman, dan mainan tradisional di pasar yang berada di kawasan Desa Wisata Lembah Dongde ini. Kehadiran desa wisata ini memberikan dampak ekonomi bagi warga sekitar.

“Secara ekonomi jelas menguntungkan. Pasar Ciplukan bisa memberikan semangat masyarakat untuk maju, berkarya, gotong royong membangun desa,” jelas Mulyono, Ketua Desa Wisata Lembah Dongde kepada Solopos.com pada Sabtu, (3/7/2021).

Munculnya Pasar Ciplukan tak lepas dari banyaknya tanaman ciplukan di desa tersebut. Mengutip dari artikel berjudul Analisis Potensi Pasar Ciplukan Terhadap Perekonomian Masyarakat di Desa Wisata Lembah Dongde Mojogedang Karanganyar karya Pontianus Kuswiyata dan Erna Wigati, penamaan Pasar Ciplukan  digagas oleh Ketua Tim Pelaksana Desa Wisata, Tri Wahyuningsih.

Baca Juga: Desa Rejosari di Karanganyar Disiapkan Jadi Sentra Kelapa Genjah

Saat itu ia melihat banyaknya tanaman ciplukan yang tumbuh subur di sepanjang area persawahan Desa Wisata Lembah Dongde.

Tanaman ciplukan bisa menjadi obat herbal bagi penyembuhan bermacam penyakit seperti diabetes, kolesterol, nyeri, ginjal, radikal bebas, dan lain-lain.

Penamaan Pasar Ciplukan memiliki nilai yang unik karena mudah diingat oleh masyarakat. Pasar ini kali pertama dibuka pada tanggal 17 Agustus 2020 dan ramai dikunjungi masyarakat. Semua dagangan ludes terjual.

Warga lain mulai mendaftarkan diri untuk bisa berjualan di Pasar Ciplukan. Lapak di Pasar Ciplukan dibagi menjadi dua, yaitu lapak Pokdarwis (Kelompok) dan lapak mandiri.

Baca Juga: Ada Berapa Sih Desa Wisata di Kabupaten Karanganyar? Ini Daftarnya

Berbagai makanan tradisional zaman dahulu disajikan di Pasar ini. Bahan dasarnya di ambil dari hasil bumi masyarakat setempat, seperti singkong, ubi, beras organik dan sayur-sayuran.

Makanan tradisional yang dijual seperti gambleh, mie tiwul, es cendol, sate kere, pecel, rujak, jajanan pasar, karak, dan masih banyak lagi jenisnya. Setiap pekan ada saja inovasi jajanan baru yang ditawarkan.

Hal menarik lain di Pasar Ciplukan, transaksi jual beli hanya bisa menggunakan mata uang dari keping kayu. Setiap kepingnya bernilai Rp2.000. Pengunjung bisa menukarkan uang dengan keping kayu itu di stan pengelola pasar.

Selain makanan dan alat pembayaran, seragam yang dipaiak pedagang dan pengelola Pasar Ciplukan juga sangat menarik. Mereka  mengenakan pakaian khas Karanganyar.

Baca Juga: Ini Upaya Desa Gentungan Membuat Pasar Ciplukan Agar Tak Hilang Pesona

Untuk laki-laki mengenakan baju hangcincau dan perempuan mengenakan lurik selama berjualan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya