SOLOPOS.COM - Alakathak. (Solopos/dok)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kabupaten Sukoharjo di Jawa Tengah kaya akan kuliner legendaris, salah satunya alakathak atau tempe alakathak. Bagi warga luar Sukoharjo, jajanan tradisional yang bisa ditemukan di Kecamatan Weru, Sukoharjo, ini mungkin cukup asing terdengar di telinga.

Namun bagi perantau asal Weru, Sukoharjo, alakathak atau alakatak menjadi kuliner khas yang sangat digemari dan ngangeni. Mengutip laman desakutawang.com, Rabu (11/5/2022), alakathak adalah olahan tempe berbahan utama koro benguk dan mi yang dibuat dari tepung singkong atau tepung kanji.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kuliner dari olahan tempe benguk dipadu mi itu dibungkus daun jati yang masih hijau. Alakathak dijual di pasar-pasar tradional di Weru dan sekitarnya pada pasaran tertentu. Di Pasar Tawangkuno, Tawang, Weru, alakathak dapat dijumpai di setiap pasaran Kliwon dan Pahing, di Pasar Kelir saban Wage dan Legi, Manyaran, Wonogiri pada Pon dan Kliwon, dan Semin, Gunung Kidul pada Pon.

Kekhasan alakathak ada pada rasa koro benguk pada tempe kuat dan bertekstur lembut. Sedangkan mi bertekstur kenyal dengan rasa hambar. Meski tampilannya terlihat sederhana, pembuatan alakathak menelan waktu berhari-hari.

Cara pembuatan kuliner khas alakathak, pertama koro benguk direbus hingga matang lalu direndam selama tiga hari. Setelah itu benguk dikukus. Kemudian, benguk ditumbuk hingga halus kemudian dibungkus menggunakan daun jati atau daun pisang dengan ukuran kecil-kecil dibiarkan selama satu hari.

Baca juga: Embung Cerme Desa Sanggang, Wisata Tersembunyi di Sukoharjo

Setelah tempe jadi lalu dimasak. Bumbu yang digunakan yakni kunir, parutan kelapa, tumbar, kemiri, daun salam, daun jeruk, dan laos. Semua bumbu dimasak menggunakan santan. Setelah mendidih tempe dimasukkan dan tunggu 15 menit kemudian baru diangkat.

Dirajang Memanjang

Sedangkan pembuatan mi sebagai bahan tambahan kuliner alakathak lebih sederhana. Mulanya, tepung kanji dibuat adonan menggunakan air mendidih. Lalu adonan dibuat pipih menggunakan botol atau paralon. Selanjutnya dirajang memanjang dengan lebar sekitar 1 cm. Hasil rajangan lalu direbus hingga mengapung. Kemudian, mi ditiriskan dan diberi minyak.

Diberitakan Solopos.com, tidak ada yang mengetahui secara pasti siapa yang kali pertama membuat dan kapan alakathak menjadi bagian dari masyarakat di kecamatan yang berbatasan dengan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu.

Baca juga: Bagikan Video Bareng Kakak, Pria Asal Gatak Sukoharjo Viral di Medsos

Pembuat sekaligus penjual alakathak, Poniyem, 55, saat ditemui Solopos.com saat berjualan di Pasar Tawangkuno, Sukoharjo, beberapa waktu lalu, mengatakan dirinya membuat alakathak sejak masih remaja saat dia membantu orang tuanya. Warga Dukuh Karanganyar, Desa Karanganyar, Weru, itu mengatakan alakathak ada sejak zaman nenek moyang.

“Alakathak enaknya sama diceplusi [dimakan bersama] cabai. Banyak perantau dari Weru kalau pas pulang kampung langsung memborong. Katanya alakathak ini ngangeni. Waktu merantau lagi mereka membawa sampai ke Kalimantan, Jakarta, Semarang, dan lain-lain,” imbuh Poniyem.

Penikmat alakathak, Sri Larasati, 45, mengungkapkan rasa alakathak bagi orang luar Weru, Sukoharjo, mungkin tidak enak karena belum terbiasa memakannya. Tetapi bagi dia makanan itu selalu membuatnya kangen dan ingin menyantapnya terus.

Baca juga: Spiderman & Superman Turun ke Jalan di Solo Baru Sukoharjo, Ada Apa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya