SOLOPOS.COM - Keripik kulit pisang, kentang, serabut nangka dan manisan kulit buah naga yang dibuat oleh warga Batu Tengah RT 001/RW 006, Desa Baturetno, Kecamatan Baturetno, Wonogiri, Sari Noviatsih. Foto diambil Sabtu (22/2/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI - Bagi sebagian orang, kripik buah mungkin bukan sesuatu hal yang tidak asing. Apalagi, keripik buah seperti keripik apel, pisang, hingga nangka bisa ditemui di sejumlah wilayah. Namun, ada sebuah inovasi baru di Wonogiri.

Salah satu warga Batu Tengah RT 001/RW 006, Desa Baturetno, Kecamatan Baturetno, Wonogiri, Sari Noviatsih, membuat keripik dari kulit buah, bukan dari isi buah yang biasa dimakan orang pada umumnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat ini dia sudah memproduksi keripik kulit pisang, apel, singkong, kentang, mentimun dan melinjo. Ide membuat keripik kulit buah muncul mengalir seiring produk keripik yang telah dia produksi sebelumnya seperti keripik bunga pisang, bombai, pare dan lain-lain. Novi memang memiliki puluhan produk makanan yang mempunyai ciri khas unik.

Salahudin: Gelandang Persis Solo Mesti Lebih Kreatif

Dia membuka usaha makanan ringan sejak 2016, tetapi untuk ide membuat keripik kulit buah dimulai pada 2017. Saat itu produk keripik kulit pertamanya adalah kulit singkong. “Singkong itu ada dua kulit, yang putih dan yang berwarna cokelat. Yang putih itu bisa dimasak oseng, otomatis juga bisa dibikin keripik,” kata dia saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Sabtu (22/2/2020).

Pada dasarnya kulit singkong itu ada zat berbahaya, yakni sianida. Kemudian ia mencari cara pengelolaannya agar zat tersebut bisa hilang dan akhirnya ia menemukan solusi untuk menghilangkan zat berbahaya tersebut. “Pada kulit singkong itu ada zat yang berbahaya, tetapi kalau mengolahnya benar, pemilihan jenis singkongnya bagus, bisa aman dikonsumsi,” terang dia.

Ikut Cari Korban Susur Sungai Sempor, Motor Relawan Hilang Dicuri

Kulit singkong merupakan jenis keripik kulit yang paling susah pembuatannya di antara keripik kulit lain. Selain tidak boleh sembarangan memilih jenis singkong, proses perendamannya membutuhkan waktu satu pekan. Setiap dua hingga tiga hari harus diganti air rendamannya, biar tidak busuk, selian itu agar racunnya bisa hilang.

Untuk produk kulit buah lainnya relatif mudah, buah cukup dikupas kemudian direndam selama satu jam menggunakan kapur sirih atau enjet. Tujuan dicampuri kapur sirih agar kripik menjadi renyah atau kremes. Setelah direndam, direbus menggunakan air mendidih beberapa menit, kemudian ditaburi tepung kering dan siap digoreng.

“Penggorengan dilakukan dua kali, waktunya pun tidak bisa satu hari, harus hari berikutnya untuk penggorengan kedua. Setelah selesai digoreng kemudian ditiriskan minyaknya memakai alat spiner minyak. Keripik siap di packing,” terang dia.

DKK Karanganyar Cek Sampel Organ 27 Tikus di Gawanan Colomadu

Saat Solopos.com mencicipi aneka keripik kulit tersebut rasanya gurih dan renyah. Bahkan untuk keripik kulit kentang, rasanya justru lebih tajam atau berasa dibandingkan keripik kentang pada umumnya.

Saat ini, sistem penjualan dan pemasaran produk tersebut melalui sistem online. Namun, Novi juga tetap menerima pesanan offline. Ia menerima pemesanan di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan sebagian produknya sudah pernah dipesan oleh beberapa orang luar negeri, seperti Malaysia, Jepang, China, Polandia, dan lain-lain.

“Ciri khas produk olahan saya yakni tidak meninggalkan sisi makanan tradisional otentik dan memanfaatkan sesuatu yang biasanya dibuang tetapi sebenarnya bisa diolah dan dapat dijadikan makanan,” kata Novi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya