SOLOPOS.COM - Mbah Lebruk membawa pecut saat menggiring anak-anaknya di Pasar Legi Ponorogo, Sabtu (9/7/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Lantai bawah Pasar Legi Ponorogo, Jawa Timur, tampak ramai dan keberadaan sekelompok orang memakain kaus warna kuning, Sabtu (9/7/2022) pagi. Di belakang sekelompok orang itu terlihat ada sesosok nenek dengan kursi roda sambil membawa cambuk.

Nenek berusia 120 tahun itu membawa cambuk untuk menggiring cucu beserta buyut atau cicitnya saat bersama-sama di Pasar Legi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Meskipun tampak asing, kegiatan yang dilakukan itu dinamakan angon putu. Sebuah adat atau tradisi keluarga Jawa yang masih dilestarikan hingga kini. Tradisi angon putu ini digelar ketika seseorang sudah memiliki cucu berjumlah 25 orang. Sang nenenk atau kakek mengajak cucunya jalan-jalan ke pasar.

‘’Namanya Mbah Lebruk. Beliau ini sudah memiliki cucu berjumlah 26 dan buyutnya 22,’’ kata Sudirman, anak ketujuh Mbah Lebruk saat ditemui di Pasar Legi, Sabtu (9/7/2022).

Baca Juga: Halangi Penangkapan, Polisi Ungkap Peran 5 Simpatisan Mas Bechi

Mbah Lebruk menggiring anak, cucu, beserta buyutnya itu mulai dari rumahnya di Kelurahan Paju, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo. Dia membawa cucunya ke Pasar Legi dan bakal dibelikan makanan apa pun yang disukai oleh mereka.

Pantauan Solopos.com, sang nenek sempat dibelikan oleh cucunya es krim. Kemudian nenek itu langsung menyantapnya. Saat sampai di lantai empat, Mbah Lebruk mulai melepas kursi roda dan berjalan menggiring cucu dan buyutnya memakai pecut.

‘’Ini seperti tradisi dulu, cucunya minta apa saja bakal dibayari si mbah [nenek],’’ ujar Dirman.

Sebenarnya, Mbah Lebruk baru pulang dari Jakarta dan tinggal di sana kurang lebih sekitar dua bulan. Dia sengaja mengunjungi anak beserta cucunya untuk memberitahu bahwa dia ingin melakukan tradisi angon putu.

Baca Juga: Sedih! Ini Curhatan Ayah Korban Pencabulan Anak Kiai Jombang Mas Bechi

Setelah semua anggota keluarga datang, akhirnya tradisi angon putu bisa dilaksanakan pada Sabtu di Pasar Legi. Sudah menjadi tradisi bagi keluarga Jawa untuk melestarikan adat tersebut.

‘’Tujuannya untuk meningkatkan rasa syukur para cucu yang masih bisa melihat mbahnya,’’ ungkapnya.

Dirman mengatakan memang keluarga Jawa terdahulu melakukan angon putu di Pasar Legi seperti yang dilihatnya sewaktu kecil. Lalu, pulangnya menaiki dokar dan di rumah disediakan makan.

‘’Cucu yang pertama itu berusia 58 tahun dan yang terakhir masih SMP,’’ pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya