SOLOPOS.COM - Mahasiswa KKN UNS dan IPB memberikan pelatihan kepada warga setempat menjadi enumerator di Desa Songbledeg, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, Kamis (21/7/2022). (Istimewa/Salwa Afifah Rimbawati)

Solopos.com, WONOGIRI — Di Kabupaten Wonogiri terdapat desa yang memiliki nama unik, yaitu Desa Songbledeg. Saking uniknya, nama tersebut diklaim hanya ada di Kabupaten Wonogiri bagian selatan, tepatnya di Kecamatan Paranggupito.

Kepala Desa (Kades) Songbledeg, Slamet, memaparkan nama Songbledeg berasal dari dua kata bahasa lokal, yaitu song yang berarti gua dan bledeg berarti petir. Kata song digunakan menyebut gua yang memiliki mulut gua panjang dan lebar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gua yang berukuran sedang dan dalamnya lurus, hanya disebut gua. Sedangkan gua yang mengarah ke bawah, warga biasa menyebut sebagai luweng.

Desa yang berbatasan langsung dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta itu memang memiliki banyak gua. Di antara banyak gua itu, terdapat satu gua yang kerap tersambar petir. Kejadian itu tidak satu dua-kali tetapi berulang-ulang di gua yang sama.

Ekspedisi Mudik 2024

“Jadilah nama desa ini, Desa Songbledeg. Dilihat dari namanya, berarti yang kena petir itu gua yang besar dan panjang di desa ini. Nama itu enggak ada yang enggak umum, mungkin hanya satu di dunia ini. Beda sama nama-nama lainnya, misalnya Tegalrejo atau Sumberrejo. Nama itu di mana-mana ada. Kalau Songbledeg hanya di sini,” kata Slamet saat dihubungi Solopos.com, Rabu (27/7/2022).

Baca Juga: Kisah di Balik Plintheng Semar Wonogiri

Dia mengatakan, penduduk Desa Songbledeg 90 persen lebih merupakan petani tadah hujan. Potensi pertanian yang biasa diproduksi, seperti kacang tanah, padi beras merah, jagung, dan ketela pohon.

“Hasil pertanian yang tidak kalah potensial di sini yaitu cabai jamu. Itu cabai yang tanamannya mirip dengan tanaman lada. Biasanya hasil pertanian cabai jamu dipesan ke perusahaan yang memproduksi jamu,” ujar dia.

Petani di Desa Songbledeg merupakan petani tadah hujan. Mereka hanya bertani ketika musim penghujan saja. Sementara ketika kemarau, mereka beralih profesi lain.

Saat kemarau, sebagian wilayah di Desa Songbledeg sudah tidak kesulitan akses air. Sebab sudah teraliri air dari perusahaan daerah air minum (PDAM). Sementara di sebagian desa lain di Paranggupito, kadang masih membutuhkan air tangki ketika kemarau.

Baca Juga: Siapakah Ki Ageng Donoloyo yang Difilmkan di Wonogiri?

Mahasiswa KKN Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo di Desa Songbledeg, Salwa Afifah Rimbawani, mengungkapkan di Desa Songbledeg memang banyak ditemukan gua. Terdapat tiga yang berukuran besar. Gua yang lain berukuran kecil.

“Di sini banyak banget gua. Saking banyaknya, gua-gua itu bisa ditemukan di pinggir-pinggir jalan dan ladang. Kalau jumlah pastinya enggak tau. Kalau gua yang berukuran besar ada tiga, sisanya kecil-kecil,” kata Salwa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya