SOLOPOS.COM - Kades Joho, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Yulis Tanto, menunjukkan telur lalat BSF di rumah lalat BSF desa setempat, Kamis (25/6/2020). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Pemerintah Desa (Pemdes) Joho, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah bertekad merampungkan persoalan sampah rumah tangga. Upaya itu dilakukan dengan budi daya maggot alias belatung dari black soldier fly (BSF) atau lalat tentara hitam.

Keberadaan maggot BSF ini dinilai mampu mengurai sampah organik yang jumlahnya mencapai 3 kuintal di Desa Joho setiap harinya. Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, maggot alias belatung lalat BSF dinilai dapat memanfaatkan limbah atau sampah, terutama sampah organik, sebagai sumber makanan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pemanfaatan sampah organik yang menjadi sumber makanan maggot diyakini telah membantu pemdes dalam mengatasi persoalan sampah.

Ide Awal

Kepala Desa (Kades) Joho Klaten, Yulis Tanto, mengatakan ide membangun rumah lalat BSF muncul karena di desanya banyak sampah. Beberapa tahun lalu, lanjut Yulis, terdapat tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Joho.

"Dari sana, muncul ide budi daya lalat yang dapat mengurai sampah. Kami pun membeli lalat BSF ke Sleman. Lalu, kami membikin rumah lalat di belakang kantor desa. Rumah lalat ini dibudi daya kelompok wanita tani (KWT) Gemah Ripah di RT 015/RW 005," katanya saat ditemui Solopos.com, Kamis (25/6/2020).

Budi daya daya maggot BSF itu dimulai dari budi daya lalat BSF dalam beberapa waktu terakhir. Cara merawat lalat BSF dinilai cukup mudah.

Perawatan

Pengelola hanya menyediakan rumah lalat dengan ukuran kurang lebih 2 meter X 3 meter.

Setiap harinya, lalat itu hanya diberi minuman air bersih minimal sebanyak dua kali sehari. Di dalam rumah lalat BSF disediakan daun pisang dan pelepah pisang yang sudah mengering.

Dengan media seperti itu, lalat dinilai akan tumbuh dan berkembang biak sendiri. Siklus hidup lalat BSF berkisar 14 hari. Lalat jantan akan mati pasca-kawin. Sedangkan lalat betina akan mati setelah bertelur.

Dari lalat BSF akan menghasilkan telur BSF. Telur BSF ini akan berubah menjadi maggot BSF atau sejenis belatung. Telur dan maggot inilah yang akan memiliki nilai ekonomi tinggi di pasaran.

Masyarakat yang berminat budi daya maggot BSF dapat membeli telur tersebut. Sedangkan masyarakat yang ingin mencari pakan ternak alternatif dapat membeli maggot. Magot BSF cocok sebagai pakan ternak lele, ayam, itik, dan jenis unggas lainnya.

"Jadi urut-urutan budi daya maggot BSF ini, yakni telur-maggot-prepupa-pupa/kepompong-lalat BSF. Harga telur BSF senilai Rp10.000 per gram [dalam sehari dapat menjual 20 gram]. Sedangkan maggot BSF dijual Rp7.000 per gram," kata Yulis Tanto.

Yulis Tanto mengatakan bahan makanan maggot BSF, yakni sampah organik seperti sampah sayur-mayur. Secara kebetulan, di Joho Klaten banyak ditemukan sampah rumah tangga berupa sampah organik.

"Setiap harinya bisa dua hingga tiga kuintal sampah kamo angkut sebagai bahan makanan maggot. Artinya, keberadaan maggot ini sangat dibutuhkan sebagai pengurai sampah. Selain menghasilkan uang, maggot ini juga mengakibatkan sampah tidak berbau. Ini yang dibutuhkan Joho saat sekarang. Sesuai rencana, rumah lalat dan maggot BSF ini akan dikembangkan di 20 KWT di Desa Joho. Dengan cara seperti ini, kami sudah memberesi sampah organik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya