SOLOPOS.COM - Salah satu peserta Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis 2019 di Gor R. M. Said, pada Minggu (27/10/2019), N, didampingi orang tuanya. (Solopos/Sri Sumi Handayani)

Solopos.com, KARANGANYAR -- N, hanya satu huruf itu yang tertulis di tanda pengenal bocah 10 tahun peserta Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis 2019 di Karanganyar, Minggu (27/10/2019).

Bocah laki-laki kelahiran 4 Februari 2010 itu merupakan warga Dusun Suruhkalong, RT 004/RW 007, Desa Pandeyan, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Putra pertama pasangan Wahono, 55, dan Partini, 47, itu mengikuti Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis 2019 kategori usia di bawah 11 tahun atau U-11 putra. Dia mengikuti Tahap Screening di Gedung Olahraga (GOR) Raden Mas Said pada Minggu (27/10/2019).

Akun Twitter Wakil Menteri Agama Sukai Konten Porno

Hasilnya, N lolos Tahap Screening dan masuk ke Tahap Kompetisi pertama. Kompetisi babak pertama sudah dilaksanakan Minggu malam. Sayangnya, bocah lelaki yang bersekolah di SDN 03 Pandeyan tersebut terhenti di babak itu.

Meski langkahnya terhenti di babak kompetisi pertama, bocah itu bernama N itu menarik perhatian. Cerita bocah lelaki berperawakan kurus itu pun tak kalah menarik.

Ayah N, Wahono, menceritakan asal usul nama putranya yang hanya satu huruf`itu. Menurut Wahono, nama N terinspirasi dari nama Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

"Nama N itu karena saya simpati dengan Soekarno. Kebetulan nama saya Wahono. Soekarno, Wahono. Ada unsur N. Yasudah," kata Wahono saat berbincang dengan wartawan di sela-sela menunggu jadwal pertandingan N pada Tahap Screening, Minggu.

Eks Sukarelawan Jokowi: PDIP Solo Di Ambang Perpecahan Jika Rekomendasi Jatuh ke Gibran

Lelaki yang bekerja sebagai guru Olahraga SDN 01 Popongan itu mengaku doyan melakukan tirakat. Hal itu dikerjakan untuk menenangkan batinnya. Beberapa tahun silam, Wahono mengaku hidupnya dirundung masalah bertubi-tubi.

Akhirnya dia memutuskan tirakat ke sejumlah tempat seperti masjid, permakaman, tempat sepi dan keramat, dan lain-lain di Karanganyar maupun di luar Karanganyar, seperti Wonosobo.

Saat tirakat di masjid, Wahono mengajak istri dan N yang saat itu berusia tiga bulan. Dia ingin melatih N prihatin sejak masih kecil. Diduga nama N itu muncul saat mereka melakukan tirakat ke sejumlah tempat itu.

Salah satu kebiasaan prihatin masih dilakukan Wahono dan N hingga kini, yakni ngrowot atau tidak mengonsumsi nasi sebagai kebutuhan pokok dan menggantinya dengan ubi-ubian, kentang, dan jagung.

Gaji Perangkat Desa Boyolali Naik 13% Tahun Depan, Jadi Berapa?

Akibat kebiasaan ngrowot itu, Wahono menyampaikan tubuh N kurus dan sering sakit. Wahono berharap kelak anaknya menjadi orang hebat seperti Soekarno. Salah satu upayanya adalah membantu N menyalurkan bakat bermain bulu tangkis.

N sudah berlatih bulu tangkis sejak kelas II sekolah dasar (SD). Bakat olahraga menurun dari Wahono yang menggeluti olahraga senam saat masih muda.

Dua kakak perempuan N sudah terlebih dahulu menggeluti olahraga bulu tangkis. Bahkan, mereka bergabung ke salah satu klub bulu tangkis di Semarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya