SOLOPOS.COM - Pengunjung menumpang gondola menuju ke Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Sabtu (30/10/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, memiliki banyak keunikan. Selain lokasi perkampungan yang terisolasi di punggung bukit antara jurang di Lereng Gunung Merapi, warga yang tinggal di kampung tersebut masih menjaga kearifan lokal setempat.

Satu di antara banyak keunikan yakni warga mengkhususkan makam yang ada di Girpasang untuk mengebumikan jenazah bayi atau anak-anak. Sementara, ketika ada orang dewasa dari Girpasang yang meninggal dunia, mereka dimakamkan di luar kampung. Alhasil, ketika memakamkan jenazah orang dewasa, warga memikul keranda jenazah melewati jalan setapak di tepian jurang.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno, membenarkan hanya ada makam khusus bayi di Girpasang. Hal itu sudah ada sejak turun temurun. Namun, Sutarno tak tahu pasti alasan hanya ada makam khusus bayi di Girpasang.

Baca Juga: Vaksinasi di Brajan Boyolali Capai 98%, Sisakan Kelompok Rentan

“Saya sendiri juga heran bisa seperti itu. Memang dalam sejarahnya seperti itu. Di sana hanya untuk memakamkan anak-anak. Kalau jenazah orang dewasa kebanyakan dimakamkan ke Dukuh Gondang, Desa Tegalmulyo,” tutur Sutarno saat berbincang dengan Solopos.com di Pemkab Klaten, Kamis (18/11/2021).

Sutarno mengatakan lokasi makam khusus bayi tersebut tak jauh dari perkampungan dengan lokasi yang bakal menjadi fondasi jembatan gantung yang kini baru dibangun pemerintah.

Kasi Pelayanan dan Kesejahteraan Desa Tegalmulyo, Subur, juga membenarkan sejak tempo dulu hanya ada makam khusus bayi di Girpasang. Sementara, ketika ada warga berusia dewasa atau lanjut meninggal dunia, warga memakamkan mereka ke kompleks permakaman di luar kampung.

Baca Juga: Anjlok Lagi, Harga Cabai Rawit di Tingkat Petani Boyolali Rp11.000/Kg

Saat memakamkan jenazah orang dewasa, warga secara estafet menggotong keranda melewati jalan setapak berkelok-kelok di tepian tebing.

“Kalau sekarang lebih mendingan untuk memikul. Dulu itu menggotong jenazah dilakukan dua orang. kalau membelok, harus ada yang siap-siap menerima keranda. Karena jalannya belum seperti saat ini yang lebih nyaman,” ungkap Subur.

Ditemui beberapa waktu lalu, sejumlah tokoh masyarakat Girpasang menceritakan hanya ada makam khusus bayi di Girpasang. Ada sekitar 69 makam. “Kebanyakan yang dimakamkan masih timur [balita], belum berdosa. Seumur-umur saya tinggal di Girpasang, baru satu anak yang dimakamkan di sana,” kata Ketua RT 007/RW 002, Dukuh Girpasang, Gino.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya