SOLOPOS.COM - GKJTA Kaliceret (Sumber: Liputan6.com)

Solopos.com, GROBOGAN —  Di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, terdapat bangunan gereja yang berdiri sejak zaman kolonial dan uniknya, bangunan gereja ini terbuat dari kayu dan nyaris  tanpa paku yang menancap. Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) Kaliceret berlokasi di Dusun Kaliceret, Desa Mrisi, Kecamatan Tanggungharjo.

Dilansir dari Liputan6.com, Selasa (21/12/2021), usia bangunan gereja tersebut sudah lebih dari 100 tahun. Pdt Agus Tri Harjoko yang memimpin umat Kristen di Kecamatan Tanggungharjo, mengatakan gereja tersebut dibangun pada 1898 dan pernah nyaris roboh karena tertiup angin kencang dari arah berlawanan.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Agus juga mengatakan bahwa gereja ini hanya berukuran 10×20 meter saja dan dulu bangunannya sempat miring hingga membuat gelisah. Namun tiupan angin kencang dari arah yang berlawanan tersebut juga membuat bangunan gereja bisa berdiri tegak lagi. Konstruksi yang lentur dan bisa miring untuk kembali tegak lagi itu kemungkinan karena ada plat pipih besi yang melingkat menyerupai sabuk dan mengikat seluruh bangunan berasitektur Jawa-Belanda.

Baca Juga: Gua Maria Kaliori Banyumas, Wisata Religi Nasrani Terbesar di Indonesia

Itu sebabnya bangunan gereja ini sangat unik, karena nyaris tanpa paku. Ketika miring, para jemaat sempat memberi penyangga di beberapa bagian gereja. Bangunan gereja ini di masa penjajahan hingga awal kemerdekaan sempat menjadi satu bagian dari rumah sakit. Namun, dalam perkembangannya, mengikuti perkembangan keramaian daerah maka rumah sakit dipindahkan ke pusat kota Purwodadi.

Renovasi Gereja

Meskipun sudah berusia lebih dari 100 tahun, namun tidak banyak renovasi yang dilakukan di gereja tua di Grobogan itu. Renovasi hanya dilakukan dengan mengganti lantai yang sebelumnya dari tanah dengan keramik. Sedangkan bangunan lainnya masih otentik sejak awal berdiri.

Di bagian depan gereja tua itu ada bangunan yang berfungsi sebagai rumah lonceng. Lonceng ini sangat besar dan suaranya juga cukup nyaring. Ketika lonceng dibunyikan, getaran suaranya bisa dirasakan hingga membuat tanah ikut bergetar.

Besarnya getaran itu tentu saja membuat ratusan umat Kristiani yang beribadah di gereja itu merasa khawatir. Mereka takut jika bunyi lonceng tersebut justru akan merusak seluruh bangunan. Kemudian disepakari dengan dana yang tersedia, umat Kristen setempat bergotong-royong memindahkan lonceng tersebut dan dibuatkan rumah sendiri untuk lonceng.

Baca Juga: Asale Kalender Jawa: Ada Hindu dan Islam

Meskipun sudah dibuatkan rumah sendiri, bunyi lonceng itu masih memiliki frekuensi tinggi dan getarannya masih dirasakan, meski sudah jauh berkurang.  Terkait tegaknya bangunan dari kemiringan sebelumnya, Dosen Teknik Sipil Universitas Katholik Soegijapranata, Djoko Setidjowarno, mengatakan secara manajemen teknis, penggunaan material kayu dilakukan terkait ketersediaan material untuk menyelesaikan bangunan.

Pada 1898, saat itu masih zaman VOC dan kontruksi yang dbuat sudah sesuai dengan segi kemanan dan kenyamanan penggunanya. Djoko juga menjelaskan bahwa keberadaan gereja tersebut yang berada di Kecamatan Tanggungharjo tidak lepas dari pembangunan stasiun pertama di Indonesia sehingga  bangunan gereja tersebut dulunya merupakan satu kesatuan dengan pembuatan stasiun pada saat itu.

Djoko menambahkan bahwa dalam proses konstruksi gereja tua di Grobogan itu pekerja juga memanfaatkan besi rel di atas fondasi. Tegaknya bangunan dari kemiringan ini tidak lepas dari keberadaan besi sebagai pengikat bangunan sehingga bangunan tetap kokoh kendati sempat miring dan saat diterpa angin kencang, maka ada bagian dari bangunan yang justru menjadi tegak.

Baca Juga: Riwayat Kiai Sadrach Sang Penginjil Tanah Jawa

Peninggalan Misionaris Jerman

GKJTA Kaliceret ini adalah peninggalan para misionaris yang dulu masuk ke Dusun Kaliceret pada abad 16 hingga 18. Saat itu Dusun Kaliceret masih berupa hutan dan banyak binatang liar, kemudian para misionaris dari lembaga Neukirchen Misision, seperti R.J Horsteman, Zimmerbeutel, Camp dan Kunhen masuk ke dusun tersebut. Selain menyebarkan agama Kristen,mereka juga membatu penduduk setempat dalam bidang kesehatan dengan membangun lembaga-lembaga kesehatan.

Lama kelamaan, jumlah umat Kristen di Dusun Kaliceret semakin bertambah sehingga dibangunlah gereja yang sekarang bernama GKJTA Kaliceret. Jemaat di Dusun Kaliceret tersebut memiliki tradisi unik, yaitu Bujono Pirukun. Tradisi makan bersama dengan sesama jemaat di GKJTA Kaliceret yang biasa diadakan setiap selesai ibadah perayaan Natal dan perayaan-perayaan Kristiani serta internal gereja lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya