SOLOPOS.COM - Wali Kota Solo Hadi Rudyatmo dan Wakil Wali Kota Achmad Purnomo melakukan ziarah tabur bunga di makam ki Gede Solo, Mloyosuman, Baluwarti, Solo, Kamis (13/2/2014). Ziarah tersebut merupakan rangkaian peringatan hari jadi Kota Solo yang ke-269. (JIBI/Solopos/Sunaryo Haryo Bayu)

Ndalem Mloyokusuman di Kelurahan Baluwarti RT 001/RW 012, Pasar Kliwon, memiliki riwayat terkait asal mula penamaan Kota Solo. Di pelataran belakang ndalem dalam Kompleks Keraton Surakarta Hadiningrat itu terdapat makam Ki Gede Sala. Makam ini menjadi langganan ziarah bagi jajaran Pemerintah Kota Solo menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Solo.

Ki Gede Sala disebut-sebut sebagai tokoh daerah setempat sebelum keraton pindah dari Kartasura ke Solo, era Pakubuwono II. Setelah pilihan pindahnya keraton jatuh ke daerah Kauman atau sekitar Masjid Agung saat ini, kemudian dipakailah nama tokoh Ki Gede Sala sebagai nama daerah baru. “Ada dua versi, pertama nama Solo sebagai penamaan yang diambil dari nama tokoh Ki Gede Sala. Sementara versi lain, nama Solo diambil dari nama sebuah pohon di Sitinggil [pohon sala di dalam kompleks keraton],” terang penjaga makam Ki Gede Sala, Joko Saputro Adi saat ditemui solopos.com, Kamis (13/2/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot)Solo menyambut HUT ke-269 Kota Solo. Jajaran Pemkot pun tak melewatkan berziarah ke makam tersebut. Kunjungan rombongan pejabat pada Kamis pagi itulah salah satu bukti masih diakuinya nama Ki Gede Sala sebagai tokoh pendahulu di tanah Kota Bengawan ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Makam Ki Gede Sala berada di sebuah ruang tembok tak beratap dan bersandingan dengan pohon soko yang diperkirakan berusia ratusan tahun. Tertulis di tembok pintu masuk, pagar dibangun pada 14-11-1984. Nama K.P.H. Indrohadiningrat dibubuhkan di tembok itu.
Sementara pada batu nisan Ki Gede Sala juga tertulis aksara Jawa. Disebut juga peran pembangunan nisan lewat penulisan nama raja di batu nisan itu, yakni “PB X”.

Ada pula dua makam lain di ruang itu, identitasnya ditulis Kyai Carang dan Nyai Sumedang. Menurut Adi dua nama tokoh itu diperkirakan masih memiliki hubungan. “Semua tak bisa dijelaskan asal usul silsilah dan keturunan karena belum ditemukan sumber tertulis. Namun menurut perkiraan, mereka pertapa dan masih teman satu perguruan,” jelas Adi, panggilan akrab Joko Saputro Adi yang sejak kecil tinggal di rumah dekat makam tersebut.

Meskipun demikian, sambung Adi, banyak pihak meyakini tuah makam tersebut. Sekelas mantan orang nomor satu di Indonesia, Soeharto pun disebutnya pernah mendatangi makam Ki Gede Sala. “Saya dari kecil hingga saat ini berusia 39 tahun di sini. Pak Harto salah satunya, kemudian juga Jokowi [Joko Widodo] juga kesini sebelum menjadi Wali Kota Solo,” kata Adi.

Tahun politik seperti saat ini, ujar Adi memberi warna lain pengunjung lokasi itu. Puluhan calon legislatif (Caleg) dari Kota Solo tak ketinggalan berziarah ke sana. “Solo ya puluhan ada, selain itu ada Caleg dari Sukoharjo, Boyolali, se-[eks]Karesidenan Surakarta lah,” bebernya.

Adi mengatakan kedatangan orang-orang itu tak lain bertujuan ngalap berkah. Ngalap berkah yang ia maksud adalah mendoakan arwah Ki Gede Sala. “Mereka mendoakan. Paling banyak datang pada malam Jumat Kliwon atau Legi. Untuk Legi itu adalah wiyosan [kelahiran] Ki Gede Sala,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya